Dampak Corona, Tingkat Hunian Hotel di Aceh Menurun Drastis
Pariwisata Aceh merasakan dampak dari merebaknya virus corona.
REPUBLIKA.CO.ID, BANDA ACEH— Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Aceh menyatakan di tengah merebaknya virus coronaatau COVID-19 di sejumlah negara termasuk Indonesia, menyebabkan okupansi perhotelan di provinsi setempat menurun drastis.
"Turun, pasti turun (okupansi hotel). Kunjungan tamu asing nyaris enggak ada, bisa dihitung jari, termasuk Sabang, sama semua di Aceh," kata Ketua PHRI Aceh Yusri di Banda Aceh, Rabu (11/3).
Dia menyebutkan tingkat hunian hotel di provinsi paling barat Indonesia tersebut mulai terlihat menurun sejak awal 2020, seiring merebaknya virus corona yang berasal dari Kota Wuhan, Provinsi Hubei, China tersebut.
Di tambah lagi, kondisi terkini Pemerintah Arah Saudi telah mengeluarkan kebijakan untuk menghentikan sementara perjalanan umrah akibat virus corona, sehingga informasi penyebaran COVID-19 tersebut telah sampai ke semua lapisan masyarakat, sehingga membuat masyarakat enggan untuk berpergian.
"Jangankan orang luar (mancanegara), orang lokal saja, domestik sudah mulai malas berpergian. Karena otomatis orang sudah banyak menghindari kerumunan orang ramai, orang tidak mau ambil resiko," kata dia.
Dia menilai selama ini turis-turis yang menginap di hotel kerap melakukan perjalanan jauh menggunakan pesawat. Sedangkan tingkat penumpang pesawat juga menurun akibat virus corona tersebut, sehingga ikut berdampak pada okupansi hotel di daerah Serambi Mekkah.
"Penurunan cukup terasa untuk usaha perhotelan, cuma persentasenya kita tidak tahu. Apapun ceritanya bandara kosong, pesawat kosong, rata-rata orang menginap di hotel itu pasti turun dari pesawat," katanya.
Kata dia, kondisi yang sama juga terjadi pada penumpang yang bepergian melalui jalur darat menggunakan transportasi bus, yang memperlihatkan angkanya juga menurun, sehingga ikut berdampak pada tingkat hunian hotel.
"Jadi semua orang hotel ingin virus corona itu cepat enggak ada, cepat berlalu," katanya.