Bank Sentral Inggris Turunkan Bunga Darurat Akibat Corona

Pembuat kebijakan telah melihat penurunan tajam pada sektor perdagangan

AP Photo/Matt Dunham
Sejumlah orang berjalan di Millenium Bridge dengan latar Katedral St Paul di London, Inggris, Selasa (10/3). Bank Sentral Inggris memangkas suku bunga untuk mengantisipasi penyebaran virus corona
Rep: Idealisa Masyrafina Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Bank sentral Inggris, Bank of England telah mengumumkan pemangkasan darurat suku bunga untuk menopang perekonomian di tengah wabah virus corona. Regulator mengurangi suku bunga dari 0,75 persen menjadi 0,25 persen, membawa biaya pinjaman kembali ke level terendah dalam sejarah.

Bank sentral mengatakan juga akan membebaskan miliaran pound kekuatan pinjaman ekstra untuk membantu bank mendukung perusahaan, dilansir BBC, Rabu (11/3).

Baca Juga


Pemangkasan ini diputuskan saat kanselir Inggris diperkirakan akan mengumumkan langkah-langkah lebih lanjut untuk mendukung pertumbuhan dan pekerjaan dalam Anggaran nanti. Gubernur Bank of England Mark Carney, mengatakan para pembuat kebijakan telah melihat penurunan tajam pada sektor perdagangan, termasuk pengeluaran untuk barang-barang yang tidak penting.

"Peran Bank of England adalah untuk membantu bisnis dan rumah tangga Inggris mengelola melalui goncangan ekonomi yang dapat terbukti bisa besar dan tajam, tetapi harus bersifat sementara," jelas Carney.

Carney menekankan bahwa kerusakan ekonomi yang disebabkan oleh virus corona tetap tidak jelas. Namun, ia menduga ekonomi Inggris bisa menurun dalam beberapa bulan mendatang.

Dia mengatakan bukti awal dari China menunjukkan bahwa ekonomi terbesar kedua di dunia itu mengalami kontraksi pada kuartal pertama. Negara-negara lain juga mengalami pergeseran serupa.

"Saya akan menekankan arahnya jelas, meskipun urutan besarnya masih harus ditentukan," katanya.

Sementara pemangkasan suku bunga darurat terakhir Bank Dunia adalah pada Oktober 2008, Carney mengatakan virus itu tidak mungkin menimbulkan kerusakan yang terlihat selama krisis keuangan.

"Tidak ada alasan untuk menjadi seburuk 2008 jika kita bertindak seperti yang kita miliki," katanya.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler