Virus Corona Picu Resesi Global
Pertumbuhan ekonomi global merosot akibat virus corona.
REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Ekonom Morgan Stanley bersama dengan Goldman Sachs Group menyatakan wabah virus corona jenis baru (COVID-19) telah memicu resesi global. Pernyataan datang hanya satu hari setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengakui kemerosotan di negara itu.
Para ekonom membuang ramalam mereka bahwa dunia dapat menghindar untuk jatuh ke dalam resesi untuk pertama kalinya, sejak krisis keuangan terjadi. Dilansir Bloomberg, virus corona jenis baru menyebar ke Eropa dan AS, kemudian ada bukti baru bahwa China, sebagai negara yang pertama dilanda wabah ini mengalami pukulan lebih keras dalam ekonominya, dibanding yang diproyeksikan sebelumnya.
Tim Morgan Stanley, yang dipimpin oleh Chetan Ahya, mengatakan resesi di seluruh dunia sekarang adalah ‘kasus dasar’ dengan pertumbuhan diperkirakan akan turun menjadi 0,9 persen tahun ini. Di Goldman Sachs, Jan Hatzius dan rekannya memprediksi melemahnya pertumbuhan menjadi 1,25 persen.
S&P Global mengharapkan pertumbuhan akan berkisar antara 1 persen hingga 1,5 persen. Kemerosotan seperti itu tidak akan separah kontraksi 0,8 persen pada 2009, sebagaimana diukur oleh Dana Moneter Internasional (IMF), tetapi akan lebih buruk daripada penurunan pada 2001 dan awal 1990-an.
Baik Morgan Stanley dan Goldman Sachs mengantisipasi rebound di babak kedua, tetapi memperingatkan bahwa risiko tetap dari rasa sakit ekonomi yang lebih besar. Proyeksi akan memberikan tekanan lebih lanjut pada pembuat kebijakan untuk melakukan lebih banyak untuk membatasi darurat kesehatan dan untuk memberikan stimulus yang membantu perusahaan dan konsumen melalui goncangan dan kemudian mendorong rebound permintaan setelahnya.
“Kami menurunkan perkiraan untuk pertumbuhan 2020 di China. Perkiraan kami sebelumnya untuk tahun ini adalah pertumbuhan sebesar 5,2 persen. Perkiraan baru kami adalah 1,4 persen, itu termasuk kontraksi 11 persen di kuartal pertama,” ujar pernyataan bersama Chang Su, David Qu, dan Tom Orlik.