Corona Ubah Model Pendistribusian Film
Dampak corona kian terasa di industri film, khususnya ada pendistribusian film.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dampak dari penyebaran Virus Corona (Covid-19) terhadap industri hiburan dirasakan terutama pada distribusi film. Virus Corona ini disebut mengubah model pendistribusian film.
Selama epidemi virus Corona belum berakhir, pasar film tidak dapat dipulihkan. Sebab saat ini, persentase besar populasi dunia tengah mempraktikkan pembatasan sosial (social distancing) dalam upaya mengurangi penyebaran Virus Corona.
Para pembuat film dan studio tengah mencari cara inovatif untuk membawa proyek mereka kepada jutaan orang yang mungkin mengunjungi teater untuk menonton film. Ada kekhawatiran besar bahwa model distribusi yang baru dapat mengguncang industri teater seperti yang dikenal biasanya.
Penghentian sementara acara penonton langsung atau live audiance dari acara talk show siang dan malam adalah salah satu dampak pertama dari pandemi global itu dalam industri hiburan. Pekan lalu, sekuel film the Fast and Furious, CBS "Survivor," "F9", dan "A Quiet Place Part II" terpaksa untuk menghentikan pembuatan film atau menunda penayangannya.
"Saya masih percaya bahwa akan selalu ada kebutuhan dan keinginan untuk pengalaman teater, layar lebar. Tapi saya pikir setelah ini, teater terutama, sudah ada jalannya untuk sementara waktu, akan menjadi penggemar dan teman bersama," kata Presiden Pemasaran dan Distribusi Aspiration Entertainment, Erik Lokkesmoe, kepada Fox News melalui telepon pada Jumat, dilansir pada Sabtu (21/3).
Lokkesmoe mengatakan, saat ini bioskop atau teater berada di ambang perjuangan. Aspiration bahkan meluncurkan pengalaman menonton di rumah dengan judul streaming "Phoenix, Oregon".
Menurutnya, menghilangkan model distribusi teater akan merugikan rumah produksi lokal. Padahal, rumah produksi lokal selalu mengalami masa sulit.
"Ketakutan saya adalah bahwa jika Anda menyingkirkan bioskop itu, Anda mungkin kehilangan pembuat film independen, Anda kehilangan bioskop yang berada di episentrum komunitas," jelas Lokkesmoe.
Lokkesmoe berupaya untuk menyelamatkan teater dari kemungkinan malapetaka. Di tengah wabah corona, keberadaan teater secara fisik berada dalam masa sulit. Saat ini, orang lebih banyak menonton secara streaming karena takut ke luar rumah.