Seharian Menunggu, Jenazah Pasien Positif Covid-19 Dikremasi

Jenazah Pasien Positif Covid-19 di Tasikmalaya Dikremasi Jelang Tengah Malam

Republika/Putra M. Akbar
Petugas mengangkat peti jenazah pasien suspect Corona di Tempat Pemakaman Umum (TPU). Seharian Menunggu, Jenazah Pasien Positif Covid-19 Dikremasi. Ilustrasi.
Rep: Bayu Adji P Red: Christiyaningsih

REPUBLIKA.CO.ID,  TASIKMALAYA -- Jenazah pasien positif Covid-19 di Kota Tasikmalaya akhirnya dikremasi setelah seharian menunggu kejelasan. Jenazah dikremasi di wilayah Kecamatan Kawalu, Kota Tasikmalaya, pada Ahad (29/3) menjelang tengah malam.

Wali Kota Tasikmalaya Budi Budiman mengatakan pasien positif Covid-19 itu awalnya hendak dikremasi pada Ahad pagi. Namun, proses kremasi terkendala akibat kesalahpahaman antara petugas dengan masyarakat yang tinggal di sekitar krematorium.

Menurut dia, hal itu terjadi karena kurangnya sosialisasi ke masyarakat sehingga timbul pemahaman yang berbeda. "Alhamdulillah malam bisa dilaksanakan kremasi," kata dia, Ahad malam.

Baca Juga


Sebelumnya, Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya mengonfirmasi salah satu pasien Covid-19 meninggal dunia. Pasien meninggal pada Ahad (29/3) sekitar pukul 01.00 WIB.

Kepala Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya, Uus Supangat, mengatakan pasien positif itu merupakan satu di antara empat orang yang berada di klaster Lembang. Pasien dikonfirmasi positif melalui rapid diagnostic test (RDT) pada Sabtu (28/3).

Menurut dia, sempat terjadi penolakan dalam proses pengurusan jenazah saat hendak dikremasi. Pihaknya melakukan negosiasi dengan masyarakat setempat, tapi tak berhasil. Alhasil, jenazah pasien diurus dengan cara dikubur.

Berdasarkan informasi yang dihimpun, jenazah hingga Ahad malam belum juga diurus. Sebab, ketika hendak dikubur terjadi penolakan dari warga sekitar.

Uus menyayangkan masih adanya penolakan jenazah pasien Covid-19. Sebelumnya, terjadi juga penolakan oleh sejumlah warga untuk penguburan salah satu pasien dalam pengawasan (PDP) Covid-19. Padahal, petugas sudah melakukan pengurusan jenazah sesuai standar operasi prosedur sehingga virus dari jenazah tidak akan menularkan ke luar.

"Itu saya tahu persis, rumah sakit sudah melakukan sesuai prosedur," kata dia.

Ia menambahkan, Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 akan meningkatkan sosialisasi kepada masyarakat terkait hal itu. Masyarakat diminta tak perlu khawatir karena pelaksanaan pengurusan jenazah pasien Covid-19 dilakukan dengan sangat ketat.

Uus berharap, masyarakat paham dan tidak perlu panik berlebihan. "Sekali lagi, ketika ada jenazah Covid, warga tidak perlu panik karena jenazah sudah diurus dengan baik. Kalau begini, petugas kasihan karena berpakaian lengkap. Mohon masyarakat memahami," kata dia.

Tak Ada Koordinasi

Tokoh masyarakat lingkungan di sekitar krematorium, Ade Muharam, membantah adanya penolakan oleh warga untuk melakukan kremasi jenazah pasien positif Covid-19. Menurut dia, pengurusan jenazah terkatung-katung dikarenakan tak ada koordinasi antara petugas dan warga.

Ia menjelaskan telah dua kali jenazah pasien Covid-19 dikremasi di krematorium di Kecamatan Kawalu. Pertama pasien Covid-19 dikremasi terjadi pada Kamis (26/3). Menurut dia, ketika itu ambulans yang membawa jenazah pasien Covid-19 datang secara tiba-tiba. "Yang mengantar pakai APD, yang bakar (kremasi) tidak. Yang bakar itu warga," kata dia.

Peristiwa yang terjadi pada Kamis kembali terjadi pada Ahad pagi. Tanpa koordinasi dengan warga sekitar, ambulans tiba-tiba datang mengantarkan jenazah pasien Covid-19 untuk dikremasi. Menurut dia, pemilik krematorium tak menyanggupi untuk melakukan kremasi. Warga yang biasa membantu juga tak ada yang menyanggupi.

"Pemilik tidak sanggup membakar. Warga juga tidak ada yang mau. Jadi trauma, tidak ada koordinasi," kata dia.

Setelah itu, petugas akhirnya memutuskan untuk mengurus jenazah dengan cara dikubur pada Ahad siang. Namun, pada Ahad petang petugas kembali membawa jenazah ke krematorium sebab jenazah tak jadi dikuburkan karena satu dan lain hal. Setelah warga berdiskusi dengan petugas, jenazah akhirnya dapat dikremasi. "Sebenarnya kita dari awal disetujui. Hanya kurang koordinasi," kata dia.

Ahmad berharap koordinasi bisa dilakukan lebih baik jika jenazah pasien positif Covid-19 hendak dikremasi di tempat itu dan tidak datang secara tiba-tiba. Dengan koordinasi, warga sekitar dapat melakukan persiapan.

"Soalnya kan kita khawatir kalau ada yang dekat lokasi. Warga yang menjemur pakaian juga bisa diangkat dulu. Kita ikhtiar agar tidak tertular virus itu," kata dia.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler