Studi: Tak Rasakan Gejala, Pengidap Covid-19 Tetap Menular

Meski tak merasakan gejala, pengidap Covid-19 tetap dapat menularkan penyakitnya.

AP Photo/Achmad Ibrahim
Warga Jakarta. Studi terbaru menunjukkan, orang yang terinfeksi virus corona tetap bisa menularkan penyakit Covid-19 meski mereka tak merasakan gejala.
Rep: Puti Almas Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING — Sebuah studi terbaru menunjukkan pasien positif Covid-19 tanpa gejala klinis hampir sama berbahayanya dengan pasien yang memiliki gejala dalam hal kemampuannya untuk menularkan penyakit. Mereka juga dapat menularkan penyakit akibat infeksi virus corona jenis baru ini kepada orang yang sehat.

Dilaporkan oleh Global Times, pembahasan tentang kemampuan pasien tanpa gejala alias silent carrier menularkan Covid-19 telah menjadi pembahasan yang menuai kontroversi. Tetapi kemudian, muncul berita mengenai seorang perempuan di Provinsi Henan, China, yang dilaporkan positif Covid-19 setelah melakukan kontak dengan pasien tanpa gejala. Berita tersebut telah memicu kekhawatiran secara luas.

Para ilmuwan dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Ningbo di Provinsi Zhejiang China Timur menemukan bahwa 6,3 persen kontak dekat kasus yang dikonfirmasi pada akhirnya terinfeksi virus corona jenis baru. Laporan lebih lanjut menyebutkan, persentase kontak dekat pasien tanpa gejala adalah 4,4 persen, di mana perbedaan seperti itu tidak bermakna secara statistik.

Yang Zhanqiu, seorang ahli virologi yang berbasis di Wuhan, Ibu Kota Provinsi Hubei, tempat di mana virus corona jenis baru pertama kali ditemukan mengatakan bahwa ada perkiraan setidaknya 200 ribu carrier virus coorna yang tak merasakan gejala saat ini di China. Pasien tanpa gejala itu memiliki kekebalan fisik yang kuat atau membawa virus berskala lemah dengan virulensi lebih sedikit.

“Inilah sebabkanya mereka tidak menunjukkan gejala, tetapi masih menyebarkan virus pada tahap awal infeksi,” ujar Yang, seperti dilansir Times Now News, Selasa (31/3).

Pasien tanpa gejala kemungkinan tidak menunjukkan tanda-tanda terinfeksi virus karena mayoritas dari mereka mungkin masih dalam masa inkubasi. Virus corona jenis baru (SARS-CoV-2) yang menyebabkan penyakit Covid-19 pertama kali ditemukan di Wuhan pada Desember 2019 dan sejak saat itu terus menyebar secara luas ke berbagai negara lainnya di dunia.

Hingga Selasa (31/3) pukul 15.00 WIB, berdasarkan data Worldometers dilaporkan 787.231 kasus Covid-19 di seluruh dunia, dengan jumlah kematian lebih dari 37.843 jiwa, dan sebanyak 165.933 pasien dinyatakan sembuh. Sebanyak 200 negara mengonfirmasi kasus infeksi virus corona jenis baru ini.

Covid-19 yang berasal dari keluarga virus corona yang sama dengan beberapa wabah lainnya, yaitu SARS (sindrom pernapasan akut parah) dan MERS (sindrom pernapasan Timur Tengah) menjadi lebih mematikan dengan tingkat penyebaran yang cepat. Saat wabah SARS terjadi pada 2002-2003, sebanyak 774 orang meninggal, sementara MERS yang mewabah sejak 2012 tercatat menewaskan sedikitnya 828 orang.

Bagi kebanyakan orang, infeksi virus corona jenis baru menyebabkan gejala ringan atau sedang, seperti demam dan batuk yang hilang dalam dua hingga tiga pekan. Namun, sebagian orang, terutama orang dewasa yang lebih tua (berusia lanjut) dan orang-orang dengan masalah kesehatan yang telah ada, Covid-19 dapat menimbulkan gejala yang lebih parah, termasuk pneumonia, dan bahkan kematian.

Baca Juga


BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler