Hamilton Bangga Timnya Buat Ventilator untuk Lawan Corona

Jika memungkinkan, Mercedes berencana membuat 1.000 alat serupa.

EPA
Ventilator. Rumah sakit harus memilih pasien yang harus diprioritaskan untuk ditangani saat pasien membeludak, terlebih saat fasilitas terbatas, salah satunya ventilator.
Rep: Muhammad Ikhwanuddin Red: Gilang Akbar Prambadi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Juara Formula Satu (F1) musim 2019, Lewis Hamilton mengapresiasi timnya, Mercedes, yang membuat alat bantu pernapasan (ventilator) sebagai salah satu bentuk penanganan Covid-19. 


Laman Crash memberitakan, setelah musim balap F1 2020 resmi ditunda, Mercedes dengan bekal ilmu teknik mesinnya bekerjasama dengan pemerintah Inggris untuk membuat ventilator. Usaha itu diberi nama 'Project Pitlane' yang melibatkan Mercedes dengan insinyur dari University College London dan paramedis dari ULCH. 

Melalui akun Instagram pribadinya, Hamilton mengaku bangga atas usaha Mercedes ikut menanggulangi Covid-19 dengan cepat. Sebab, 'Pitlane Project' yang dilakukan Mercedes dan pihak eksternal sudah berjalan selama satu pekan dengan membuat 40 ventilator.

Alat itu sudah dikirim ke rumah sakit yang membutuhkan. Jika memungkinkan, Mercedes berencana membuat 1.000 alat serupa. 

Profesor Rebecca Shipley, Direktur UCL Institute of Healthcare Engineering, mengatakan bahwa biasanya pengembangan perangkat medis akan memakan waktu bertahun-tahun.

"Tetapi kami telah melakukannya dalam beberapa hari karena kami kembali ke perangkat yang sederhana yang sudah ada dan "reverse engineering "itu untuk dapat memproduksinya dengan cepat dan dalam skala besar," jelas Shipley.

Pabrikan lain yang berhubungan dengan teknologi mesin seperti Airbus, BAE Systems, Ford, Rolls-Royce dan Siemens juga disebut berminat ikut berpartisipasi.

Di satu sisi, Inggris mencatat jumlah kematian akibat virus corona tembus 381 kasus per Selasa (31/3) kemarin. Kematian tersebut merupakan rekor karena melampaui korban harian tertinggi sebanyak 260 yang dicatat pada Sabtu (28/3) lalu. 

Pemerintah Inggris dalam pernyataan yang mereka keluarkan, menyatakan kasus meninggal tersebut terjadi pada pasien berusia 19 dan 98 dan semua umur kecuali 28 tahun. Sekitar 25.150 orang kini dinyatakan positif terinfeksi virus corona di Inggris, termasuk Perdana Menteri Boris Johnson.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler