Setelah 5 Kali Pakai Hand Sanitizer, Cuci Tangan Pakai Air

Masyarakat harus mencuci tangan dengan air setelah lima kali pakai hand sanitizer.

AP Photo/Elaine Thompson
Hand sanitizer (ilustrasi). Setelah lima kali memakai hand sanitizer, tangan harus dicuci dengan air mengalir.
Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, BANJARMASIN -- Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) mengingatkan masyarakat mengenai penggunaan hand sanitizer. Produk penyanitasi tangan belakangan marak digunakan dalam pencegahan penyebaran virus corona tipe baru, penyebab penyakit Covid-19.

"Perlu diluruskan informasi tentang penggunaan bahan kimia ini yang baik dan benar," kata Gusti Maulita Indriyana, petugas Bidang Pengujian Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) di Banjarmasin, Jumat.

Gusti menjelaskan, hand sanitizer memang benar dapat mengurangi dengan cepat jumlah mikroba dan virus di tangan karena mengandung alkohol sebagai antiseptik. Tetapi, yang perlu diperhatikan juga, bahan kimia ini kemungkinan tidak menghilangkan semua jenis virus.

Baca Juga


Di lain sisi, Gusti mencermati sebagian orang belum tepat dalam menggunakan hand sanitizer. "Biasanya ada masyarakat menyeka sebelum tangan kering atau pemakaian volume hand sanitizer yang terlalu sedikit," jelas Gusti yang akrab disapa Yana.

Hand sanitizer tidak hanya memiliki kegunaan tetapi juga dapat berefek samping, sehingga perlu kehati-hatian dalam pemakaiannya. Yana memaparkan, hand sanitizer yang telah digunakan pada tangan lima kali berturut-turut, maka tangan harus dicuci menggunakan air mengalir untuk mencegah resistensi antiseptik.

Efek lainnya adalah masih tertempelnya residu atau sisa kuman/virus yang sudah mati di tangan. Itu terjadi karena setelah menggunakan hand sanitizer, alkohol dibiarkan menguap begitu saja dan tangan kering dengan sendirinya, tidak disiram air.

"Perlu perhatian khusus untuk orang-orang yang sensitif terhadap alkohol karena dapat mengiritasi kulit," ujar Yana.

Selain itu, hand sanitizer tidak dapat digunakan untuk tangan yang berminyak atau berlemak. Pemakaian hendaklah sebijaksana mungkin, terutama jika berada pada kondisi jauh dari tempat cuci tangan, kesulitan mencari air bersih, atau saat akan bepergian saja.

Untuk itu, Yana lebih menyarankan mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir saja jika memungkinkan. Mengapa sabun lebih efektif?

Yana menjelaskan, virus corona dilapisi oleh lapisan lemak dan protein pada bagian luarnya. Lapisan lemak ini akan larut dalam sabun yang akhirnya merusak dan mematikan virus. Hal ini berbeda dengan hand sanitizer yang zat aktifnya (alkohol) membunuh virus tidak dengan pelarutan lemak.

Pada pemakaian sabun, menurut Yana, kuman yang mati akan terbawa bersaamaan dengan aliran air yang disiramkan ke tangan. Sabun memiliki kelebihan lain, yaitu dapat dipakai berulang-ulang, tidak terbatas hanya lima kali pemakaian berturut-turut.

"Itu karena sabun tidak mengandung alkohol dan dengan penggunaan siraman air dapat membersihkan tangan dari lemak, minyak, dan kotoran yang menempel," paparnya.

Yana juga menyinggung pembuatan hand sanitizer sendiri yang belakangan marak diperjualbelikan masyarakat. Menurut dia memang tidak ada larangan bagi masyarakat memproduksi hand sanitizer untuk digunakan sendiri asal sesuai dengan pedoman Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tentang komposisinya.

Namun, jika masyarakat mengolah untuk diperjualbelikan, maka harus mendaftarkan produknya di Kementerian Kesehatan untuk memperoleh izin edar. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 62 tahun 2017 tentang Izin Edar Alat Kesehatan, Alat Kesehatan Diagnostik In Vitro dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga, hand sanitizer termasuk dalam kategori Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT).

Produk PKRT termasuk hand sanitizer yang diproduksi, diimpor, atau dikemas ulang dan akan diedarkan atau dijual. Penyanitasi tangan itu harus memiliki izin edar dari Kementerian Kesehatan.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler