Global Bond Milik Indonesia Kumpulkan 4,3 Miliar Dolar AS
Pandemic bond menjadi obligasi dengan tenor terlama di Asia.
REPUBLIKA.CO.ID, HONG KONG -- Surat utang Indonesia untuk pembiayaan penanganan virus Corona (Covid-19) sudah mulai ditawarkan. Seperti dilansir Reuters, Selasa (7/4), instrumen yang dikenal dengan sebutan Pandemic Bond ini telah mengumpulan 4,3 miliar dolar AS dalam penawaran pertama.
Pandemic Bond menjadi surat utang dengan jangka waktu atau tenor terlama yang pernah diterbitkan di Asia, menurut term-sheet yang dilihat Reuters. Kesepakatan tersebut diselesaikan dalam waktu semalam di AS dan dijual bertahap secara bertahap selama 10,5 tahun dan 30,5 tahun, masing-masing senilai 1,65 miliar dolar AS. Selain itu, 1 miliar dolar AS untuk tenor 50 tahun.
Ini menjadi kesepakatan obligasi terbesar di Indonesia dan pertama kalinya kesepakatan 50 tahun dengan kurs dolar dikeluarkan di Asia, tidak termasuk transaksi hibrid bergulir. Term-sheet menunjukkan, Indonesia akan menggunakan uang yang dikumpulkan tersebut untuk mendanai upaya pemulihan dan pencegahan Covid-19.
Pada Senin (6/4), pemerintah Indonesia mengumumkan perkiraan penerbitan obligasi net sepanjang 200 menadi 33,55 miliar dolar AS atau Rp 549,6 triliun untuk menutupi defisit negara yang semakin melebar. Pemerintah juga mendaftarkan rencana penjualan Pandemic Bond senilai Rp 449,9 triliun untuk menutupi pengeluaran tambahan sebagai upaya penanganan Covid-19.
Berdasarkan term-sheet, Citigroup, Deutsche Bank, Goldman Sachs, HSBC dan Standard Chartered merupakan bookrunner (koordinator utama dalam penerbitan instrumen) gabungan untuk kesepakatan Pandemic Bond.
Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani menjelaskan, penambahan pembiayaan untuk menutupi defisit akan terlebih dahulu memanfaatkan potensi dari berbagai sumber yang paling aman. Termasuk di antaranya, Saldo Anggaran Lebih (SAL), hingga mempertimbangkan penggunaan seluruh dana abadi pemerintah dan dana yang dikelola Badan Layanan Umum (BLU).
Tapi, Sri mengakui, sumber tersebut tidak akan memadai. Oleh karena itu, dibutuhkan penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) di pasar domestik maupun global. "Meskipun sekarang kondisinya sangat volatile, kami terus berikhtiar mencai kesempatan terbaik untuk bisa dapatkan biaya atau harga terbaik bagi SBN kita," katanya dalam teleconference Rapat Kerja Komisi XI DPR, Senin.
Penerbitan SBN tersebut termasuk Pandemic Bond yang akan dibeli oleh Bank Indonesia (BI) di pasar primer. Saat ini, Kemenkeu bersama BI sedang memproses agar mekanisme pembelian SBN tetap prudent dan sharing risk maupun cost yang bertanggung jawab.