Ilmuwan Selidiki Cacing Kayu dari Hutan 60 Ribu Tahun
Cacing kayu purba mampu menghasilkan 100 bakteri, yang bisa sebagai kandidat obat.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ilmuwan menemukan hutan kuno yang diyakini berusia 60 ribu tahun. Situs itu kini berada di bawah permukaan laut di lepas pantai Alabama, Mobile Bay.
Di hutan itu, mereka menemukan banyak hal, termasuk sisa-sisa pohon cemara. Ada hal menarik. Mereka menemukan potongan kayu untuk dipelajari.
Ada lebih dari 300 hewan yang dikeluarkan dari kayu. Para ilmuwan secara khusus berfokus pada hanya satu yakni cacing kapal, sejenis kerang yang mengubah kayu menjadi jaringan hewan.
Cacing kapal bukanlah hal baru dalam sains. Mereka biasa dan dapat ditemukan di sebagian besar lautan di mana pun ada kayu. Tetapi bakteri yang ditemukan dari cacing kapal yang hidup di dalam kayu berusia 60 ribu tahun belum pernah ditemukan.
"Kami dapat mengisolasi bakteri dari mereka dan mendapatkan beberapa bakteri yang belum pernah kami tangani sebelumnya, jadi kami sangat gembira tentang itu," ujar Margo Haygood, seorang profesor riset kimia obat-obatan di University of Utah, dilansir dari CNN.
Cacing kapal dari kayu purba menghasilkan 100 jenis bakteri, banyak diantaranya baru. Sementara 12 lainnya sedang menjalani sekuensing DNA untuk mengevaluasi potensi mereka untuk menghasilkan perawatan obat baru.
Penelitian sebelumnya tentang bakteri cacing kapal telah menghasilkan setidaknya satu antibiotik sedang dipelajari sebagai obat untuk mengobati infeksi parasit. Jadi para ilmuwan, termasuk Haygood, merasa optimistis tentang jenis baru bakteri cacing kapal ini.
"Kami melakukan skrining untuk antimikroba dan aktivitas neurologis, yang mengarah pada obat penghilang rasa sakit serta obat anti-kanker.
Kami belum pernah bekerja dengan antivirus di masa lalu, tetapi saat ini departemen saya di Universitas Utah sedang berputar untuk mulai memasukkan tes viral dalam program ini,” jelas Haygood.
Selain obat-obatan yang dapat menyelamatkan nyawa, para ilmuwan akan mempelajari sampel baru untuk melihat apakah ini dapat diterapkan dalam produksi kertas, tekstil, makanan, pakan ternak, bahan kimia halus, hingga bahan bakar terbarukan.
Sementara pandemi virus corona jenis baru (COVID-19) yang terjadi saat ini telah membuat penyelaman ke hutan kuno harus ditunda terlebih dahulu, Haygood mengatakan tim ilmuwan sementara akan terus mempelajari sampel dan berharap untuk mempublikasikan hasilnya dalam waktu satu tahun.
Sementara, Choi mengatakan tim juga sedang berusaha untuk mendapatkan AUV, yang merupakan robot bawah laut tanpa awak, untuk mengambil gambar dan membuat visualisasi 3D untuk berbagi keajaiban hutan berusia 60.000 tahun ini dengan seluruh dunia.