Dana Kelolaan Industri Reksa Dana Turun Hampir 10 Persen
Reksa dana yang berkinerja paling baik adalah reksa dana terproteksi.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perusahaan jasa penyedia informasi dan riset, PT Infovesta Utama mengemukakan, dana kelolaan yang juga disebut asset under management (AUM) industri reksa dana mengalami penurunan 9,76 persen dalam sebulan. Penurunan AUM juga diikuti oleh penurunan jumlah unit penyertaan.
AUM per Maret menjadi Rp 492,67 triliun dibandingkan bulan sebelumnya Rp 545,95 triliun. Manajemen Infovesta Utama dalam keterangan resmi menyatakan, jumlah unit penyertaan (UP) industri reksa dana turun sebesar 4,43 persen.
"Penurunan AUM terjadi di hampir seluruh jenis reksa dana, hanya jenis reksa dana terproteksi dan reksa dana ETF (exchanged trade fund) yang masih mengalami kenaikan unit penyertaan," tulis informasi dari Infovesta Utama, Senin (13/4).
Disebutkan, penurunan AUM secara serempak ini disebabkan kinerja reksa dana yang sedang mengalami tekanan. Pandemi Covid-19 telah memengaruhi profil risiko investor menjadi lower risk.
"Hal ini dapat dilihat dari dana asing yang berbondong-bondong keluar dari Indonesia, di mana kepemilikan SBN (surat berharga negara) oleh asing hingga 7 April tercatat sebesar Rp 927,82 triliun atau turun 6,10 persen sejak awal tahun 2020," paparnya.
Sementara itu tercatat, pertumbuhan unit penyertaan tertinggi dicapai reksa dana terproteksi. Tingkat pertumbuhan AUM dari jenis tersebut mencatatkan penurunan terkecil di antara jenis reksa dana lainnya.
"Hal ini membuktikan, reksa dana terproteksi masih bertahan di tengah ketidakpastian kondisi pasar modal di Indonesia," tulisnya.
Reksa dana terproteksi menempatkan sebagian besar investasinya pada instrumen surat utang dan memegangnya hingga jatuh tempo. Itu menjadikan instrumen reksa dana terproteksi menjadi lebih diminati daripada reksa dana pendapatan tetap karena skenario terburuk yang akan terjadi hanya ketika perusahaan penerbit surat utang mengalami default atau gagal bayar.
Ditambahkan pula, tren penurunan suku bunga yang masih berlanjut dan kondisi pasar saham yang masih belum bangkit akibat sentimen virus corona juga membuat reksa dana terproteksi menjadi alternatif investasi bagi para investor.