PBB: 117 Juta Anak tidak Imunisasi Campak Akibat Covid-19

PBB dan WHO ingatkan 140 ribu orang kebanyakan anak meninggal akibat campak di 2018

Antara/Irwansyah Putra
Anak-anak melihat petugas kesehatan Puskesmas Ulee Kareng memberikan imunisasi campak kepada bayi balita. PBB dan WHO ingatkan 140 ribu orang kebanyakan anak meninggal akibat campak di 2018
Red: Ichsan Emrald Alamsyah

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Perserikatan Bangsa-Bangsa dan organisasi di bawahnya menyatakan lebih dari 117 juta anak dapat kehilangan kesempatan untuk mendapatkan imunisasi campak. Hal ini karena berlakunya kebijakan jarak sosial dan layanan kesehatan kewalahan saat pandemi COVID-19 di berbagai belahan dunia


Kampanye imunisasi campak di 24 negara telah ditunda, dan lebih banyak lagi akan ditunda, yang berpotensi menempatkan anak-anak di 37 negara dalam risiko, menurut Inisiatif Campak & Rubella (M&RI), yang didukung oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Dana Anak-Anak PBB (UNICEF) dan lainnya.

"Jika pilihan yang sulit untuk menghentikan vaksinasi diambil karena penyebaran COVID-19, kami mendesak para pemimpin untuk mengintensifkan upaya untuk melacak anak-anak yang tidak divaksinasi, sehingga populasi yang paling rentan dapat diberikan vaksin campak segera setelah itu memungkinkan untuk dilakukan," kata PBB dalam sebuah pernyataan.

Sementara, saat ini petugas kesehatan dituntut untuk menjadi garda terdepan melawan COVID-19. Padahal di saat yang sama memberikan semua layanan imunisasi, termasuk vaksin campak, sangat penting untuk menyelamatkan jiwa.

Penyakit pernapasan COVID-19 telah menewaskan lebih dari 113 ribu orang dan membuat negara-negara di dunia menerapkan kebijakan karantina wilayah virtual ketika mereka mencoba menghentikan penyebaran virus corona baru. Namun dalam bayangan wabah itu, lonjakan wabah campak merupakan ancaman kesehatan global utama lainnya.

WHO mengatakan pada Desember bahwa campak telah menginfeksi hampir 10 juta orang pada tahun 2018 dan membunuh 140 ribu kebanyakan anak-anak. Penyakit akibat virus ini sangat menular tetapi dapat dicegah dengan imunisasi massal, yang biasanya berarti bayi dan anak-anak divaksinasi sebagai bagian dari layanan kesehatan rutin.

Dengan perjuangan melawan COVID-19 di sebagian besar negara yang difokuskan pada upaya menjaga petugas kesehatan agar tetap aman dari infeksi dan menerapkan langkah-langkah jarak sosial yang ketat, WHO telah merekomendasikan bahwa pemerintah untuk sementara menghentikan kampanye imunisasi pencegahan, seperti imunisasi campak, ketika tidak ada wabah aktif dari penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin itu.

Di banyak bagian Afrika, proyek bantuan medis yang biasanya mencakup campak dan kampanye vaksin lainnya terhenti karena negara-negara telah menutup perbatasan mereka dan membatasi layanan kesehatan rutin akibat pandemi.

Kelompok M&RI mengatakan mereka mendukung perlunya melindungi masyarakat dan petugas kesehatan dari COVID-19, tetapi memperingatkan bahwa ini tidak berarti bahwa anak-anak secara permanen kehilangan kesempatan. "Upaya mendesak harus diambil sekarang ... untuk bersiap menutup celah kekebalan yang akan dieksploitasi oleh virus campak," katanya.

sumber : Reuters/Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler