Digitalisasi SPBU Perlu Upgrade Mesin Dispenser

Beberapa SPBU perlu melakukan peremajaan mesin sebelum melakukan digitalisasi

Prayogi/Republika
Digitalisasi SPBU menemui beberapa kendala diantaranya mesin dispenser. Foto petugas SPBU mengisi bahan bakar minyak (BBM), (ilustrasi).
Rep: Intan Pratiwi Red: Gita Amanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Salah satu upaya untuk membuat subsidi tepat sasaran adalah pencatatan konsumsi BBM. Sayangnya, rencana digitalisasi nozel di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) ini bukan tanpa tantangan. Untuk beberapa SPBU perlu lebih dulu melakukan peremajaan mesin sebelum melakukan digitalisasi.

Ketua Hiswana Migas DPC DKI Jakarta Syarif Hidayat menjelaskan saat ini untuk di Jakarta sendiri digitalisasi nozel sudah mencapai 90 persen. Padahal total SPBU yang dioperasikan di luar pertamina ada 266 SPBU. Ia menjelaskan salah satu kendala untuk mempercepat proses digitalisasi nozel ini karena beberapa mesin dispenser perlu peremajaan.

"Kalau di Jakarta sudah 90 persen lebih. Hanya tinggal beberapa SPBU yang memang belum terintegrasi karena kondisi mesin dispensernya perlu diupgrade," ujar Syarif kepada Republika, Kamis (16/4).

Ia menjelaskan selain perlu upgrade mesin, salah satu tantangan pelaksanaan digitalisasi nozel yang dilakukan oleh para pengusaha hilir migas adalah perlu melakukan grounding di SPBU. Hal ini perlu dilakukan agar ketika cuaca buruk maka akan memperngaruhi sistem.

"Saat ini bagi SPBU yg sudah terintegrasi sudah berjalan baik, hanya perlu ada perbaikan-perbaikan kecil misal grounding di SPBU, krn ada permasalahan apabila grounding kurang baik, saat hujan petir, system down, solusinya kita jalan manual sementara," ujar Syarif.

BPH Migas mencatat, sampai 11 April kemarin jumlah SPBU yang sudah terdigitalisasi adalah sebanyak 5.518 SPBU di Indonesia. Direktur Bahan Bakar Minyak BPH Migas, Alfon Simanjuntak menjelaskan dari sekian SPBU tersebut 4.490 SPBU yang sudah terpasang Automatic Tank Gauge (ATG).

"Sedangkan 3.060 SPBU sudah tercatat EDC, dan 1.642 SPBU sudah terdigitalisasi dengan status BAST," ujar Alfon kepada Republika, Kamis (16/4).

BAST berarti pekerjaan Telkom dan Pertamina sepakat sudah selesai terdigitalisasi (atau sudah serah terima hasil pekerjaan pada SPBU dimaksud). Sedangkan ATG adalah pemasangan sistem atau fasilitas pengukuran atau pencatatan volume BBM pada tangki penyimpanan SPBU menggunakan informasi digital.

Vice President Corporate Communication Pertamina Fajriyah Usman menyatakan, saat ini proses digitalisasi SPBU di seluruh Indonesia masih berjalan dengan tetap menerapkan protokol pencegahan Covid-19 secara ketat. Namun memang tidak dapat dilakukan secara massif seperti pada kondisi normal, demi keselamatan dan keamanan para pekerja baik internal maupun mitra. Karenanya  diperlukan penyesuaian jadwal penyelesaian yang semula ditargetkan di pertengahan tahun ini.

“Upaya pencegahan penyebaran Covid-19 menjadi prioritas utama pada saat ini, agar bisa secepatnya berakhir sekaligus menjaga keselamatan dan keamanan para pekerja,” terang Fajriyah.

Menurut Fajriyah, meskipun jadwal akan disesuaikan dengan kondisi saat ini, proses digitalisasi SPBU di seluruh Indonesia terus akan diupayakan untuk diselesaikan pada tahun ini. Proses digitalisasi SPBU, tambah Fajriyah, hingga awal April 2020 telah mengalami kemajuan cukup signifikan.

Baca Juga


Dari total 5.518 SPBU, seluruhnya telah tuntas disurvei. Sebanyak 4.410 SPBU atau hampir 80 persen sudah dilakukan instalasi sistem IT, sedangkan Automatic Tank Gauge (ATG) sudah terpasang di 4.458 SPBU atau capai 81 persen. Dari instalasi ini akan dilanjutkan untuk progres integrasi agar data bisa dipantau melalui dashboard.

“Program digitalisasi SPBU merupakan upaya Pertamina untuk meningkatkan layanan kepada konsumen, sehingga bisa memantau ketersediaan dan stok BBM di setiap wilayah, stok dan penjualan BBM serta transaksi di SPBU serta sekaligus dapat meningkatkan pengawasan penyaluran BBM,” imbuh Fajriyah.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler