Rabithah Alawiyah Imbau Umat Baca Ratibul Haddad
Umat Islam diimbau memperbanyak membaca ratibul haddad.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Ketua Umum Rabithah Alawiyah, Habib Zen bin Umar Smith mengimbau kepada umat Islam untuk memperbanyak membaca Ratibul Haddad dalam situasi virus pendemi Covid-19. Karena, menurut dia, Ratibul Haddad mengandung doa-doa yang bisa menolak wabah Covid-19.
Selan itu, dia juga mengajak kepada umat Islam untuk memperbanyak membaca Ratibul Haddad di bulan Ramadhan mendatang, yang diperkirakan akan dimulai pada 13 April 2020. “Jadi imbauan nanti saat Ramadhan untuk tetap berdoa, membaca qunut nazilah, dimbau untuk tadabbur Alquran, dan dimbau untuk membaca Ratibul Haddad,” ujarnya saat dihubungi Republika.co.id, Kamis (16.4).
Setelah melaksankan shalat Maghrib, menurut dia, umat Islam bisa membaca Alquran sampai Isya, dan baru kemudian dilanjutkan dengan membaca Ratibul Haddad. Menurut dia, Ratibul Haddad ini tidak hanya tidak dibaca oleh umat Islam di Indonesia yang berpaham Aswaja, tapi juga oleh umat Islam Timur Tengah.
“Karena sebetulnya Ratib Haddad ini sama dengan wirid-wirid lain untuk minta perlindungan kepada Allah. Karena, yang ada di Ratib Haddad itu rata-rata doa yang diajarkan oleh rasul dan doa yang diambil dari Alquran,” ucapnya.
Dia pun mengibaratkan Ratibul Haddad seperti halnya obat yang diramu menjadi sebuah kapsul. Namun, menurut dia, kapsul Ratibul Haddad tersebut tidak berisi obat kesehatan, tapi berisi doa-doa yang bisa membuat seseorang tetap terlindungi dari segala penyakit.
“Katankalah kalau Ratib Hadda itu obat, itu sudah diramu menjadi kapsul. Kapsul ini isinya doa-doa dari Rasul, doa-doa dalam Alquran, kita tinggal membacanya. Jadi diimbau kepada umat untuk baca Ratibul Haddad,” kata Habib Zen.
Ratibul Haddad merupakan amalan yang berisi doa dan dzikir yang disusun oleh ulama asal Hadramaut, Habib Abdullah bin Alwi bin Muhammad al Haddad (1055-1132 H). Amalan ini memiliki banyak khasiat yang sangat dahsyat, sehingga kerap dijadikan amalan rutin umat Islam, termasuk di pesantren.
Ratibul Haddad disusun berdasarkan inspirasi pada malam lailatul Qodar 27 Ramadan 1071 H. Dari beberapa doa dan dzikir yang susun oleh Habib Abdullah, Ratibul Haddad inilah yang paling terkenal. Adapun waktu yang paling utama untuk membaca Ratibul Haddad adalah selepas Isya’, sebagai penjelasan berikut:
“Membaca Ratibul Haddad ini setelah shalat Isya’ dan Subuh adalah cara membaca yang paling sempurna, namun membaca ratib ini satu kali dalam sehari semalam dianggap cukup, yang paling utama dilakukan setelah melaksanakan shalat Isya’. Sedangkan di bulan Ramadhan, membaca ratib ini didahulukan dari pelaksanaan shalat Isya’.” (Syekh Abu Bakar bin Ahmad al-Maliabar, al-Imdad bi Syarhi Ratib al-Haddad, Hal. 55).