Cerita Jubir Soal Gunakan Masker Motif Batik
Yuri mengenakan masker jahitan istrinya untuk meyakinkan warga mengenakan masker.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nama Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Virus Corona SARS-CoV2 (Covid-19) Achmad Yurianto kini makin banyak dibicarakan masyarakat dan warganet. Selain menjadi corong pemerintah untuk publikasi informasi terkini perkembangan kasus Covid-19 di Tanah Air, ia menjadi pembicaraan karena penampilannya.
Sejak sepekan terakhir, ia menggunakan masker wajah saat konferensi pers. Tak sekadar masker, bentuk penutup mulut yang Yuri pakai terbilang unik karena bermotif batik.
"Saya pakai masker batik dalam rangka meyakinkan masyarakat Indonesia untuk menggunakan masker yang benar-benar terbuat dari kain. Kalau saya pakai masker kain tapi warna putih, masyarakat masih ragu apakah itu kain atau bukan, atau kalau warnanya hijau juga ragu kain atau bukan. Sedangkan kalau motif batik kan tidak ada masker bedah batik," ujarnya saat dihubungi Republika.co.id, Ahad (19/4).
Pria berkacamata ini mengisahkan, masker batik itu dijahit oleh istrinya. Ia menerangkan istrinya memiliki hobi membuat baju sendiri dari kain batik dan banyak kain sisa jahitan atau perca yang terkumpul.
Kemudian istrinya berpikir daripada kain perca itu dibuang, ia menjahit kain perca itu untuk jadi masker dan kemudian dipakai oleh Yuri. Dalam sehari, Yuri mengisahkan, istrinya bisa menjahit hingga 10 masker.
Tak hanya dipakai untuk dirinya, Yuri mengisahkan, masker jahitan istrinya juga dibagi-bagi untuk satpam yang menjaga kompleks perumahannya, tukang sampah, tukang sayur yang kewat di depan rumah, hingga pusat kesehatan masyarakat yang berdekatan dengan rumahnya. "Saya bagi-bagi gratis. Sekarang semua sudah pakai masker," katanya.
Tak hanya masker, Yuri kemarin juga terlihat menggunakan batik bermotif biru dan ada lambang HIV/AIDS dan bulatan-bulatan mirip Covid-19. Namun, Yuri membantah itu batik Covid-19.
Ia menyebut pakaian itu adalah batik yang harusnya digunakan saat peringatan HIV/AIDS tahun lalu. "Tetapi karena belum dipakai ya sudah saya pakai, stok bajuku juga sudah habis," ujarnya.
Di satu sisi dia mengakui memang hobi memakai pakaian kain khas Indonesia itu dan ini dibuktikan memakainya setiap hari kecuali diwajibkan memakai seragam. "Saya memang suka pakai batik karena cari yang gampang dicari di toko. Apalagi kalau mencari merek-merek lain seperti Polo harganya mahal, sedangkan kalau batik kan murah meriah apalagi bentuknya tidak sama," ujarnya.