Pakistan Ekspor Obat Anti-Malaria untuk Covid-19
Pakistan akan mengekspor obat anti-malaria untuk membantu negara sahabat
REPUBLIKA.CO.ID, ISLAMABAD — Pakistan akan mengekspor obat anti-malaria. Menurut asisten khusus dari Perdana Menteri Informasi dan Penyiaran, Firdous Ashiq Awan, keputusan diambil selama pertemuan kabinet dilangsungkan pada Selasa (21/4) untuk membantu negara-negara sahabat yang membutuhkan di tengah pandemi virus corona jenis baru (Covid-19).
“Pakistan memiliki stok surplus sekitar 40 juta tablet klorokuin dan bahan baku yang cukup untuk menghasilkan obat dalam jumlah besar,” ujar Awan dikutip Irna, Rabu (22/4).
Pemerintah Pakistan memastikan meski ekspor obat dilakukan, tidak akan terjadi kekurangan klorokuin sebagai salah satu obat rujukan Covid-19 di negara itu. Menurut Awan, sebanyak satu juta tablet obat anti-malaria masing-masing akan dikirim ke Arab Saudi dan Amerika Serikat (AS). Selain itu setengah juta tablet masing-masing diberikan kepada Turki dan Italia.
"Selain itu, lima juta akan dikirim ke Inggris, 700 ribu ke Kazakhstan, dan 300 ribu ke Qatar," jelas Awan.
Para pemimpin dari berbagai negara dilaporkan telah menyatakan minat terhadap klorokuin yang dianggap efektif mengobati Covid-19. Meski demikian, penggunaan obat malaria ini hanya diizinkan secara terbatas di sejumlah negara. Ini mengingat obat tersebut adalah obat keras dan adanya risiko pada masing-masing orang sehingga dibutuhkan izin serta pengawasan dokter terlebih dahulu.
Di Pakistan, jumlah kasus Covid-19 hingga saat ini adalah 9.749 dan terdapat 209 kematian. Sementara, jumlah pasien yang pulih di negara itu adalah 2.156. Berdasarkan data Worldometers, di seluruh dunia tercatat terdapat 2.558.975 kasus Covid-19 dan 177.704 kematian hingga Rabu (22/4) pagi. Jumlah pasien yang dinyatakan sembuh adalah 696.104 orang.
Bagi kebanyakan orang, Covid-19 hanya menimbulkan gejala ringan atau sedang seperti demam dan batuk. Tetapi bagi sebagian lainnya terutama orang dewasa yang lebih tua dan orang-orang dengan masalah kesehatan yang telah ada sebelumnya, infeksi virus dapat menyebabkan penyakit yang lebih parah termasuk pneumonia, bahkan kematian.