Tren Wisata Diprediksi Bakal Berubah Pascapandemi Covid-19

Pandemi Covid-19 membawa perubahan dunia termasuk di sektor pariwisata

EPA-EFE/Made Nagi
Suasana lengang di kawasan Monumen Bom Bali di Legian, Kuta, Bali, pada akhir bulan Maret lalu. Pandemi Covid-19 membawa perubahan dunia termasuk di sektor pariwisata. Ilustrasi.
Rep: Dedy Darmawan Nasution Red: Christiyaningsih

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Pandemi Covid-19 yang melanda hampir 200 negara termasuk Indonesia telah membawa perubahan dunia termasuk di sektor pariwisata. Hal itu diprediksi akan membuat adanya perubahan tren wisata pascapandemi berakhir.

Sekretaris Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Ni Wayan Giri Adnyani menjelaskan, pihaknya terus mempersiapkan perubahan tren baru berwisata setelah pandemi Covid-19. “Kami akan menyiapkan destinasi sesuai dengan kondisi new normal. Destinasi itu disiapkan dengan mengedepankan prinsip sustainable tourism termasuk di dalamnya soal kesehatan dan keamanan,” kata Giri dalam keterangannya, Sabtu (25/4). 

Giri juga menjelaskan, pemerintah membagi tiga tahapan dalam penanganan Covid-19, yakni masa tanggap darurat, pemulihan, dan normalisasi. Pemerintah juga telah merealokasi anggaran dan menerapkan program khusus selama masa tanggap darurat Covid-19.

“Realokasi akan diarahkan untuk berbagai macam program yang sifatnya pendukungan masa tanggap darurat untuk membantu sektor pariwisata dan ekonomi kreatif. Di forum ini juga kami meminta untuk bisa berkolaborasi dengan berbagai pihak dalam menghadapi situasi saat ini," katanya.

Founder & Chairman MarkPlus Inc, Hermawan Kartajaya, mengatakan, sektor pariwisata merupakan sektor paling terdampak pandemi dan memiliki imbas kepada sektor lain. "Sekarang semua sadar ketika pariwisata setop, ekonomi juga setop. Semua baru sadar bahwa pariwisata adalah tulang punggung ekonomi. Covid-19 ini menarik karena pariwisata tak akan pernah sama lagi,” kata Hermawan.

Ia juga menilai, walau diterpa Covid-19, Bali menjadi contoh bagus dalam mengombinasikan God, people, and nature dalam sektor pariwisata. Karena itu, ia memprediksi setelah Covid-19 akan makin banyak wisatawan yang menuntut pariwisata tidak hanya dari segi harga, tetapi juga keberlangsungan lingkungan di destinasi tujuan.

Mereka menginginkan destinasi berkualitas dengan alam dan keamanan lebih baik, sistem mitigasi, yang bisa terjadi dengan menggabungkan ketiga unsur tersebut. "Kalau bicara bertahan atau surviving itu sudah pasti. Sekarang tinggal bicara preparing atau mempersiapkan ketika wisatawan kembali setelah Covid-19. Bali jadi contoh dan punya ketahanan. Nusa Tenggara Barat juga sekarang sedang preparing karena melihat potensi di masa depan. Seperti yang sudah saya katakan, daerah-daerah tersebut sadar bahwa pariwisata adalah penggerak ekonomi," kata Hermawan.

Baca Juga


BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler