Hong Kong Hadapi Resesi Ekonomi

Hong Kong menghadapi resesi ekonomi akibat pandemi Covid-19

AP/Vincent Yu
Tulisan pengumuman dilarang masuk untuk pembeli yang tidak memakai masker dipasang di pintu masuk sebuah apotek di Hong Kong, Senin (10/2). Hong Kong menghadapi resesi ekonomi akibat pandemi Covid-19. Ilustrasi.
Rep: Kamran Dikarma Red: Christiyaningsih

REPUBLIKA.CO.ID, HONG KONG — Hong Kong menghadapi resesi ekonomi akibat pandemi Covid-19. Hong Kong memperkirakan dampaknya dapat lebih hebat dibanding krisis global 2008 atau Asia pada 1997-1998

Saat berbicara di Dewan Legislatif untuk membahas anggaran terbaru pemerintah, Menteri Keuangan Hong Kong Paul Chan Mo-po merevisi prediksi yang sempat dia ungkapkan pada Februari. Saat itu Chan menyebut produk domestik bruto (PDB) Hong Kong akan turun 1,5 persen atau tumbuh 0,5 persen paling banyak.

Namun proyeksinya sepertinya meleset. “Besarnya resesi ekonomi Hong Kong pada kuartal pertama bisa lebih buruk dari tsunami ekonomi global tahun 2008 atau dampak dari krisis keuangan Asia (1997-1998),” ujar Chan pada Rabu (29/4) dikutip laman South China Morning Post.

Dia mengungkapkan dampak pandemi Covid-19 terhadap ekonomi Hong Kong telah lebih serius dan tahan lama daripada yang diperkirakan. “Kinerja ekonomi Hong Kong pasti akan lebih buruk dari yang diharapkan,” ucapnya.

Chan melaporkan, cadangan fiskal telah turun dari 1.100 miliar dolar Hong Kong menjadi 900 miliar dolar Hong Kong. Hal itu karena adanya langkah-langkah bantuan pemerintah.

“Cadangan fiskal tidak ada untuk tujuan menghemat lebih banyak uang. Cadangan itu diakumulasikan untuk menstabilkan ekonomi dan mata pencaharian Hong Kong,” kata Chan.


Dirinya menambahkan bahwa cadangan fiskal saat ini cukup untuk 14 bulan operasi pemerintah. Chan memperingatkan stabilitas sosial adalah kunci pemulihan ekonomi. Hal itu sepertinya sengaja disampaikan karena ia melihat adanya aksi protes anti-pemerintah setelah kasus infeksi Covid-19 menurun.

“Jika bentrokan kekerasan dari paruh kedua tahun lalu muncul kembali, itu pasti akan menyebabkan lebih banyak toko tutup dan modal asing tidak berani berinvestasi serta melakukan bisnis di Hong Kong,” kata Chan.

Menurutnya akan membutuhkan waktu untuk menyelesaikan masalah Hong Kong yang berakar dalam dan menyerukan persatuan di saat resesi ekonomi. “Sekali lagi saya mendesak orang-orang untuk mengesampingkan perbedaan mereka dan memberikan ruang untuk menyelesaikan konflik,” ujarnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler