Kisah Wali Allah dan Doa yang Terkabul Selamat dari Perampok
Wali Allah SWT berdoa diselamatkan dari perampok.
REPUBLIKA.CO.ID, Menurut cerita yang banyak beredar dan diriwayatkan secara turun-menurun, Abu Mu’allaq merupakan pedagang sukses. Ia menjalankan perniagaan, baik dari permodalan sendiri maupun menjalankan investasi orang lain. Bisnis yang ia jalankan telah merambah ke berbagai daerah.
Sering kali ia mesti melangsungkan perjalanan jauh ribuan kilometer dan menaklukkan keganasan padang pasir untuk berdagang di wilayah tertentu. Meski demikian, kesibukan berniaga sang sahabat tidak lantas membuatnya lalai akan perintah agama. Justru gemerlap duniawi mampu ia redam dengan gelora ketaatan dan ketakwaan. Abu Mu’allaq terkenal sebagai ahli ibadah dan berhati-hati dalam urusan dunia maupun agama (wara’).
Suatu ketika, di tengah-tengah perjalanan bisnisnya, Abu Mu’allaq melewati gurun di tengah malam nan gelap. Ia tidak ditemani siapa pun, seorang diri. Kali ini sekaligus ia tidak bersenjata. Tiba-tiba datanglah seorang penyamun yang mempersenjatai diri dengan sebilah pedang, lalu mengadang sang sahabat.
Sang perampok lantas menghunuskan pedangnya di leher Abu Mu’alaq. “Serahkan hartamu. Jika tidak, aku akan menebas lehermu,” kata perampok dengan nada tinggi dan menggertak. “Ambil saja hartaku dan biarkan aku pergi,” kata Abu Mu’allaq. Si penyamun berkata, “Tidak bisa. Harta akan aku ambil, tetapi aku akan tetap membunuhmu.”
Kondisi genting yang dihadapi Abu Mu’allaq tak membuatnya takut dan gentar. Ia tidak membalas ancaman fisik itu dengan kekerasaan. Sebaliknya, ia malah mengajukan permohonan kepada si perampok agar diizinkan sholat empat rakaat sebelum si perampok mengeksekusinya. “Izinkan saya sholat terlebih dahulu sebelum Anda membunuh saya,” kata Abu Mu’allaq. Permintaannya pun dikabulkan.
Kemudian, Abu Mu’allaq berwudhu dan sholat empat rakaat. Pada pengujung sholatnya, detik-detik akhir sujudnya, ia berdoa agar Allah melindungi keselamatan jiwanya dari si perampok. Tak selang berapa lama, datanglah pengendara kuda dengan tombak yang diletakkan lurus sejajar tepat di antara kedua telinga kuda yang ia kendarai.
Sadar akan kehadiran pengendara misterius itu, si perampok bersiap diri. Namun, apa boleh buat. Si pengendara kuda itu lebih lincah dan lihai. Perampok pun akhirnya terbunuh. Setelah duel maut, pengendara itu mendekati Abu Mu’allaq. Dengan rasa penasaran dan penuh keheranan, ia bertanya kepada pengendara misterius, siapakah gerangan dirinya.
Pengendara misterius menjawab, “Berdirilah. Aku adalah malaikat dari langit keempat. Aku mendengar suara bisikan di pintu-pintu langit setelah doa pertama yang engkau panjatkan. Setelah doa keduamu, aku mendengar keributan di antara penghuni langit. Pada pamungkas doamu, aku menerima kabar bahwa itu adalah doa dari hamba yang meminta pertolongan. Lantas, aku pun meminta Allah agar mengeksekusi si perampok.”
Seperti apakah redaksi doa yang dipanjatkan oleh Abu Mu’allaq? Berikut doanya.
يَا وَدُوْد يَا وَدُوْدُ، يَا ذَا الْعَرْشِ الْمَجِيْدِ ، يَا فَعَّالاً لِمَا تُرِيْدُ، أَسْأَلُكَ بِعِزِّكَ الَّذِيْ لاَ يُرَامٌ، وَبِمُلْكِكَ الَّذِيْ لَا يُضَامُ، وَبِنُـــْورِ الَّذِيْ مَــــــلَأَ أَرْكَانَ عَرْشِكَ أَنْ تَكْفِيَنِيْ شَرَّ هذاَ اللِّصَّ يَا مُغِيْثُ أَغِثْنِيْ
“Ya wadud ya wadud, ya dzal’arsyi al-majid, ya fa’alu lima turidu, as’aluka bi’izzikal ladzi la yuram, wa bimulkikaladzi la yudhamu, wa binurikal ladzi mala’a arkana ‘arsyika an takfiyani syarra hadza al-lissha, ya mughits aghitsni / Wahai Maha Pengasih, wahai Maha Pengasih, wahai Pemilik ‘Arsy yang terhormat, wahai Pelaksana segala apa yang Engkau kehendaki, aku meminta kepadamu dengan kemuliaan-Mu yang tak terkurangi, lewat singgasanamu yang tak terbinasakan, dan atas cahaya-Mu yang menyinari sendi-sendi singgasana-Mu, hendaknya Engkau jauhkan keburukan pencuri ini. Wahai Penolong, tolonglah hamba-Mu.”
Doa ini diucapkan sebanyak tiga kali oleh Abu Mu’allaq dan akhirnya terkabul berkat kewaliannya.