Mengikuti Rasulullah
Para ulama telah menyontohkan bagaimana cara mengikuti Rasulullah.
REPUBLIKA.CO.ID, MAKKAH -- Al-Humaidi (guru Imam Bukhari) bercerita, “Ketika kami sedang bersama Imam Syafii, datanglah seorang lelaki bertanya kepada beliau tentang suatu hal. Lalu beliau menjawab, ‘Dalam masalah ini, Rasulullah memutuskan begini dan begitu.’ Orang tersebut bertanya kepada beliau, ‘Lalu bagaimana pendapat engkau sendiri?’ Imam Syafii lalu berkata, ‘Subhanallah! Apakah engkau menda pati aku berada di dalam gereja? Atau engkau dapati aku di sinagog (tempat ibadah Yahudi)? Aku mengatakan kepadamu bahwa dalam masalah tersebut Rasulullah memutuskan begini dan begitu, lalu engkau katakan apa pendapatku?” ( Syiar A’lam al-Nubala: 10/34).
Imam Malik mengatakan, “Apakah setiap kali datang orang yang lebih pintar dalam berdebat lalu kita tinggalkan apa yang diturunkan Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad karena keahlian debat orang tersebut.” ( Syiar A’lam al-Nubala: 8/99)
Ini hanyalah beberapa penggal kisah yang menceritakan bagaimana sikap para ulama rabani dalam mengikuti dan meneladani ( ittiba) Rasulullah SAW dan meyakini kebenaran mutlak yang dibawa oleh Beliau, serta membuang jauh-jauh apa saja yang datang selain dari Rasulullah SAW.
Di dalam Alquran terdapat banyak ayat yang memerintahkan kaum Muslim untuk ittiba Rasulullah SAW agar hidupnya selamat di dunia dan akhirat. Allah SWT menyebutkan masalah menaati Rasul di 33 tempat di dalam Alquran. Misalnya, “Aku tidak akan mengikuti hawa nafsu kalian. Sungguh tersesatlah aku jika berbuat demikian dan tidaklah pula aku termasuk orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS al-An’am: 56). Ayat lain, “Jika kamu benar-benar mencintai Allah, ikutilah aku (Muhammad), niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS Ali Imran: 31). Ayat lain, “Sesungguhnya aku hanya meng ikuti ( ittiba) apa yang diwahyukan dari Tuhanku kepadaku. Alquran ini adalah bukti-bukti yang nyata dari Tuhanmu, petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (QS al-A’raf: 203).
Buku yang ditulis oleh Dr Shalih bin Fauzan al-Fauzan ini mengemukakan tentang pentingnya setiap Muslim selalu meneladani dan mengikuti Rasulullah SAW. Penulis memulai bukunya dengan memaparkan dan mengoreksi seputar realita cinta kepada Nabi yang ditunjukkan oleh kaum Muslim dengan melakukan perbuatanperbuatan bodoh kepada Nabi. Misalnya, jauh dari sunah secara lahir dan batin; menolak hadis sahih; me nyimpang dari manhaj dan sunah Rasulullah; tidak bersikap hormat ketika membicarakan Rasulullah; meninggalkan Ahlus Sunnah; berbuat bidah dalam agama, dan lain-lain.
Kemudian, penulis membahas tentang cinta dan mengagungkan Nabi SAW. Dalam bab ini penulis menyebutkan bukti-bukti cinta kepada Nabi dan mengagungkan Beliau, seperti mengedepankan Nabi dan mengutamakannya dari semua orang; berlaku santun kepada Beliau; mengikuti dan taat kepadanya serta mengambil petunjuknya; berhukum dengan sunah Nabi; dan menyebarkan sunah Rasulullah SAW.
Bab berikutnya, yang boleh dikata kan merupakan isi utama buku ini, mengupas tentang cara mengikuti Nabi menurut Alquran dan Sunah. Di dalamnya dibahas tentang pengertian ittiba, hubungan antara ittiba dan ruang dan waktu; bagaimana meneladani dan mengikuti perbuatan Nabi; kaidah-kaidah penting dalam ittiba; kedududkan ittiba dalam syariat; hukum ittiba, hingga faktor- faktor penghambat dalam ittiba. Buku ini sangat penting dibaca oleh setiap Muslim agar dapat ber- ittiba kepada Rasulullah SAW secara benar.
Judul : Ittiba’ Rasulullah SAW
Penulis : Dr Shalih bin fauzan al-Fauzan dkk
Penerbit : Akbarmedia
Cetakan : I, Oktober 2011
Tebal : xxiv+226 halaman