Cabin Fever, Ancaman Kesehatan Jiwa Selama Pandemi Covid-19

Hikmah dari wabah ini adalah kita jadi lebih dekat dengan keluarga inti.

dokumentasi pribadi
Dr. Pradipta Suarsyaf, MMRS, Direktur RS Lancang Kuning Dompet Dhuafa Pekanbaru
Red: Karta Raharja Ucu

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Dr. Pradipta Suarsyaf, MMRS, Direktur RS Lancang Kuning Dompet Dhuafa Pekanbaru

Dewasa ini masyarakat Indonesia dan dunia tengah diuji dari segala aspek kehidupan, sebagai imbas dari wabah virus corona. Kehidupan yang ada saat ini tidak pernah dibayangkan akan terjadi oleh semua orang. Banyak pakar yang menyebutnya sebagai The New Normal, sebuah perubahan tatanan sosial yang sangat drastis terjadi pada masyarakat.

Kehidupan dengan banyak batasan sosial, ekonomi dan hampir segala sisi kehidupan menjadi terbatas saat ini. The New Normal belum tentu bisa diterima oleh banyak orang, atau setidaknya setiap orang memiliki waktu beradaptasi yang berbeda-beda menghadapi dampak dari virus corona ini.

Sejak Presiden Joko Widodo memutuskan memilih langkah Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) sebagai cara menangkal wabah corona pada 31 Maret 2020 lalu berbagai daerah antre mengajukan daerahnya agar diizinkan menyelenggarakan PSBB tersebut. Hal ini tak lain dikarenakan banyak daerah sudah termasuk zona merah atau sudah banyak warganya yang terkonfirmasi positif virus corona.

Langkah pembatasan sosial memiliki dampak secara ekonomi dan ini memiliki efek garpu tala, di mana jika kondisi keuangan bergetar, akan diikuti bidang lain yang terdampak imbasnya. Maka buktinya saat ini mulai terlihat, kondisi sosial ekonomi masyarakat goyang dan pada akhirnya tidak bisa memenuhi daily needs keluarganya.

Kondisi ekonomi juga berdampak pada kondisi kesehatan masyarakat, di mana saat efek garpu tala ekonomi ini terus terjadi dan semakin keras getarannya, maka efeknya juga semakin dirasakan banyak garpu tala yang lain. Termasuk kondisi kesehatan masyarakat.

Dampak kesehatan yang dikhawatirkan dari mulai penyakit pada umumnya. Penyakit yang sifatnya didapatkan dari lingkungan dan karena faktor kebiasaan yang kurang baik.

Ini yang umumnya terjadi. Tapi saat ini masyarakat dihadapi pada potensi penyakit kejiwaan. Tolak ukur sederhana bisa terlihat dari semakin banyaknya iklan konsultasi jiwa di media sosial. Mengapa ini bisa terjadi? Fenomena kesehatan jiwa apa yang kita hadapi ini?

Kondisi saat ini mengharuskan kita menjaga jarak dan terlebih lagi saat ini kita lebih sering di rumah karena kantor dan sekolah tutup sementara dan juga mengikuti arahan pemerintah. Di mana-mana tagar #DirumahAja menjadi pembahasan media dan perbincangan hangat di media sosial.

Tidak ada yang salah dengan seruan ini dan memang sangat penting untuk memutus rantai penyebaran wabah corona. Namun yang perlu diantisipasi adalah dampak terhadap kesehatan jiwa masyarakat.

Berdasarkan penelitian Berman, Marc G dkk berjudul "The Meaning of "Cabin Fever" dalam The Journal of Social Psychology ditemukan efek physical distancing dan dirumah aja membuat masyarakat terganggu terhadap dirinya sendiri. Potensi tanda dan gejala yang bisa timbul sebagai efek psikologis #DiRumahAja adalah sebagai berikut: gelisah berlebihan, berkurangnya motivasi, mudah menyerah dan tersinggung, sangat sulit untuk fokus, pola tidur terganggu, sulit bangun tidur, kondisi fisik lemah lesu, menjadi tidak sabaran, dan jika berlangsung cukup lama bisa berakibat kondisi kesedihan dan sampai depresi.


Dalam dunia kesehatan, kita mengenal kumpulan gejala di atas sebagai Cabin Fever, yang artinya sebuah gambaran emosi atau kesedihan yang muncul akibat terisolasi di dalam rumah atau lokasi tertentu, sehingga berakibat pada kondisi psikis seseorang. Sebab itu diperlukan langkah-langkah antisipasi yang tetap mengutamakan physical distancing tapi aman juga secara kesehatan fisik terlebih kejiwaan.

Beberapa tips yang bisa mencegah terjadinya Cabin Fever pada masyarakat adalah dengan melakukan hal-hal berikut dan cukup dilakukan #DiRumahAja. Pertama, masyarakat lingkup terkecil dalam hal ini keluarga harus mulai mengondisikan rumah sebagai lokasi untuk melakukan semua kegiatan. Jadi kegiatan-kegiatan yang biasa dilakukan di luar bisa kita bawa masuk cukup di lingkungan rumah yang terbatas aksesnya. Seperti menanam sayur mayur di pekarangan rumah.

Ini cukup efektif selain bisa dimanfaatkan hasilnya untuk masak, efek psikisnya saat tanaman ini tumbuh karena kita rawat akan membuat kita bahagia. Efek bahagia ini sangat baik bagi masyarakat.

Kedua, keluarga harus bersepakat untuk mengutamakan kebersamaan dalam keseharian dan menghindari terlalu lama menyendiri dengan gadget/media sosial. Keluarga bisa diajak bekerja sama untuk berkumpul di jam-jam yang disepakati sebagai waktu kebersamaan.

Hikmah dari wabah ini bagi masyarakat yang memang bukan perantauan adalah dekat dengan keluarga inti. Ini mungkin terdengar lucu, tapi coba bayangkan dan coba pertanyakan pada diri sendiri, sebelum corona sedekat apa kita dengan keluarga sendiri?

Ketiga, dengan adanya pembatasan sosial ini kita tidak bisa bertemu orang lain yang biasa kita temui, alih-alih teman, bahkan dengan sanak keluarga menjadi terbatas komunikasinya. Langkah bijak dan baik untuk diri adalah mejaga komunikasi dengan baik kepada orang-orang terdekat, minimal bisa sharing dengan fasilitas telepon atau daring media sosial dan tentunya menjaga komunikasi keluarga sesuai poin kedua.

Keempat, langkah bijak untuk sehat tentu dengan menjaga kesehatan dan kebugaran fisik masing-masing anggota keluarga dengan berolahraga. Olahraga yang diajurkan adalah yang rutin tidak terlampau berat serta dilakukan minimal 30 menit sehari. Ini sangat penting juga untuk menjaga olah stamina tubuh agar tetap semangat untuk bekerja dari rumah dan tetap produktif.

Kelima, langkah bijak untuk sehat di masa wabah ini kita perlu menyalurkan hobi kita atau melakukan apa pun yang kita suka, dan belum pernah atau jarang kita lakukan sebelum wabah ini terjadi. Bisa dengan bernyanyi, melukis, menggambar, dan membuat hal-hal menyenangkan lain yang hasilnya bisa kita lihat atau dengarkan. Ini cukup efektif meredam dampak psikis kegiatan di rumah aja.

Keenam, hakikatnya manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa berdiri sendiri. Maka berbagi kepada mereka yang membutuhkan atau yang tidak mampu (dhuafa), yang mungkin kondisinya lebih sulit dibandingkan kita adalah self healing terbaik.

Donasi kita di kala sulit saat wabah seperti ini akan bernilai berkali lipat manfaatnya dan tentu membuat kita bahagia. Perasaan bahagia sangat penting saat ini, maka jangan sia-siakan waktu dan menahan diri untuk berbuat baik kepada sesama.

Langkah-langkah di atas tentu bisa berbeda-beda porsi setiap orang dan mungkin setiap orang puny acara sendiri untuk mengantisipasi potensi Cabin Fever ini. Pada intinya manusia perlu membiasakan berbuat banyak hal yang membahagiakan ditengah keterbatasan interaksi sosial, ini penting dan bisa berdampak baik bagi kesehatan.

Jika masyarakat sehat fisik dan jiwanya, masyarakat tentu bisa berupaya mencari solusi dari keterbatasan atau dampak ekonomi yang di hadapinya. Poin penting kesinambungan dan keterkaitan hidup inilah yang perlu kita pegang bersama.

Kita berharap diri kita dan masyarakat seiring berjalannya waktu terus berbenah diri, berbenah keluarga, berbenah lingkungan, berbenah desa, berbenah kota, dan sampai berbenah sebagai bangsa Indonesia. Semua dengan satu tujuan agar kita siap menghadapi dampak corona ini secara ‘marathon’ sebab kita belum mengetahui pasti sampai kapan wabah ini akan berlanjut, agar kita bisa beradaptasi di era baru, yang bisa jadi benar-benar eranya The New Normal.

Upaya memutus rantai wabah corona harus terus dilakukan, tapi jangan sampai kita korbankan kesehatan fisik dan jiwa kita. Semoga di bulan suci ini Allah kabulkan doa-doa kaum Muslimin dan Allah subhanahu wa ta'ala mengangkat wabah ini dari dunia. Aamiin. Wallahua’lam bis shawab.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler