Perokok Dua Kali Lipat Lebih Rentan Terkena Covid-19
Merokok dapat merusak sistem pernapasan dan imunitas secara keseluruhan.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pada masa pandemi Covid-19 saat ini, stres dan perburukan kesehatan mental bisa menjadi faktor predisposisi peningkatan kuantitas, frekuensi, dan kekambuhan merokok.
Padahal, tidak kurang dari 7.000 bahan berbahaya untuk kesehatan ada di tiapb atang rokok. Begitu juga asap rokok yang bisa membahayakan, baik bagi perokok aktif maupun pasif.
Di lain sisi, dr Feni Fitriani Taufik SpP(K) mengungkapkan, merokok juga ada kaitannya dengan dengan risiko terkena Covid-19. Ia menjelaskan, merokok dapat merusak sistem pernapasan maupun imunitas secara keseluruhan.
"Sementara itu, virus Covid-19 juga pertama masuk pernapasan dan bisa menyerang organ tubuh lainnya," papar dokter spesialis paru RSUP Persahabatan, Jakarta, sekaligus anggita Pokja Rokok Perhimpunan Dokter Paru Indonesia.
Ada alasan yang menyebabkan perokok menjadi lebih rentan terinfeksi virus corona. Kebiasaan merokok meningkatkan kadar reseptor ACE2, protein yang terletak di permukaan sel di seluruh tubuh, termasuk di saluran pernapasan.
"Jadi reseptor seorang perokok 40 sampai 50 persen lebih banyak dibandingkan orang yang tidak merokok. Kalau yang sudah tidak merokok kadar ACE 2-ya sudah lebih rendah, yakni 30 persen," ujar Feni melalui kuliah online dalam grup Whatsapp yang dihelat Pimpinan Pusat Nasyiatul Aisyiyah, Rabu (13/5).
Reseptor ini adalah tempat menempelnya virus corona tipe baru penyebab Covid-19 sebelum menyebar ke organ lain. Orang yang merokok memiliki risiko
terkena Covid-19 sebanyak 2,25 kali lipat lebih besar dibandingkan dengan orang yang tidak merokok.
"Virus Covid-19 masuk ke saluran napas atas, kemudian ke bawah. Menempel berikatan dengan reseptor ACE 2. Menurut penelitian, perokok memiliki ACE 2 lebih banyak dibandingkan yang tidak merokok," ungkap Feni.
Merokok juga meningkatkan transmisi virus akibat kontak tangan dengan mulut. Perokok juga dua kali lipat lebih mudah tertular penyakit influenza, memiliki gejala yang lebih berat, dan memiliki mortalitas lebih tinggi pada wabah sindrom pernapasan Timur Tengah yang disebabkan oleh MERS-CoV pada 2002.
Feni turut memaparkan meta analisis hubungan rokok dengan Covid-19. Meta analisis terhadap 12 hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 9.025 orang pasien positif Covid-19, terdapat 878 orang (9,7 persen) mengalami sakit dan 495 orang (5,5 persen) memiliki riwayat merokok.
"Sebanyak 17,8 persen riwayat merokok mengalami gejala penyakit Covid yang berat
dibandingkan bukan perokok (9,3 persen)," ungkap Feni.
Solusi terbaik untuk menghindari risiko itu, menurut Feni, adalah berhenti merokok.