Remaja Afghanistan Buat Ventilator dari Suku Cadang Mobil
Tim robotika perempuan Afghanistan buat ventilator dari suku cadang mobil
REPUBLIKA.CO.ID, HERAT -- Tim robotika khusus perempuan Afghanistan telah ikut terlibat untuk menangani virus corona. Mereka membuat ventilator yang terjangkau dari suku cadang mobil.
"Sangat penting bahkan jika kita bisa menyelamatkan satu nyawa dengan upaya kita," kata anggota tim Nahid Rahimi dikutip dari BBC.
Dikenal sebagai "Pemimpi Afghanistan", kelompok remaja perempuan itu berasal dari provinsi barat Herat, tempat kasus pertama Covid-19 di Afghanistan dilaporkan. Ketika melihat kondisi yang ada, kelompok berisi remaja berusia 14 hingga 17 tahun ini membuat purwarupa menggunakan motor dari Toyota Corolla bekas dan penggerak rantai dari sepeda motor Honda.
Kelompok ini mengatakan ventilator yang dikembangkan akan memberikan bantuan sementara kepada pasien dengan kesulitan pernafasan dalam keadaan darurat saat ventilator standar tidak tersedia. "Saya merasa sangat bangga menjadi bagian dari tim yang mencoba melakukan sesuatu yang berarti untuk mendukung dokter dan perawat kami. Mereka adalah pahlawan kami saat ini," kata kapten tim Somaya Faruqi.
Para remaja ini sempat menjadi berita utama pada 2017 ketika berhasil memenangkan penghargaan khusus di sebuah kompetisi internasional di Amerika Serikat. Sekarang mereka kembali berkontribusi ketika Afghanistan terpukul dengan pasokan peralatan medis yang terbatas.
Kekurangan ventilator global adalah masalah karena bagi beberapa pasien Covid-19 ini sangat penting untuk menunjang kehidupan. Namun, benda ini sangat mahal dengan harga sekitar 30 ribu hingga 50 ribu dolar AS. Artinya, banyak negara miskin tidak mampu membelinya termasuk Afghanistan.
Tapi, ventilator dari suku cadang mobil karya remaja itu hanya membutuhkan kurang dari 600 dolar AS saja. Masalah muncul ketika toko-toko tutup dan kota Herat melakukan karantina wilayah. Kondisi ini menyulitkan mereka bepergian ke luar provinsi untuk mencari bagian suku cadang yang diperlukan.
Pendiri kelompok itu, Roya Mahboob, mengatakan timnya masih berharap untuk mengirimkan ventilator pada akhir Mei. "Mereka selesai sekitar 70 persen. Satu-satunya hal yang kurang dari kita adalah sensor udara yang kita coba untuk sumber daripada membangun dari awal karena membutuhkan waktu," ujarnya.
Mahboob menjelaskan fase pertama telah selesai dan sudah diuji di rumah sakit beberapa hari yang lalu. Tim sedang mengerjakan fase dua dan setelah selesai dapat diperkenalkan ke pasar.
Inisiatif ini disambut baik oleh pemerintah Afghanistan. Mahboob menyatakan Presiden Ashraf Ghani secara pribadi memerintahkan pihak berwenang untuk memeriksa proyek itu. Pemerintah juga membantu untuk keberhasilan proyek tersebut.
"Kami menghargai inisiatif mereka tetapi seperti penelitian ilmiah lainnya, ada tahapan untuk itu, seperti penemuan dan pengembangan, penelitian pra-klinis dan ketika ditawarkan di pasar, itu dianalisis dan disetujui," ujar juru bicara Kementerian Kesehatan Waheed Mayar.
Selain niat membantu pemenuhan peralatan medis, para remaja ini juga berharap proyek tersebut akan menginspirasi orang lain. Mereka ingin mengubah persepsi perempuan dalam industri teknik.
"Itu [bisa membuat ventilator] menunjukkan pentingnya mengajar anak perempuan di usia muda dan peran peran sebagai warga aktif di masyarakat kita," kata anggota tim lain, Elham Mansori.
Sejauh ini, lebih dari 7.650 kasus virus corona dan 178 kematian telah dikonfirmasi di Afghanistan. Dengan kekurangan peralatan medis pihak berwenang khawatir situasinya akan bertambah buruk dan membanjiri sistem perawatan kesehatan yang sudah rapuh.