PLN Disjaya Revisi Investasi dan Target Penjualan Listrik
Hal ini tidak lain karena efek Covid-19 yang diprediksi berlangsung tidak sebentar.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pandemi Covid-19 mempengaruhi pola konsumsi listrik. Hal ini membuat PLN Distribusi Jakarta Raya merevisi target dan rencana investasi tahun ini.
General Manager PLN Disjaya, Doddy Pangaribuan menjelaskan, melihat kondisi dan perkembangan yang ada manajemen memutuskan untuk memangkas alokasi investasi tahun ini. Sebagai gantinya maka alokasi akan dipindahkan ke anggaran 2021.
Tahun ini sendiri PLN Disjaya menganggarkan investasi Rp 3,6 triliun yang rencananya akan direvisi menjadi hanya Rp 2,5 triliun. "Investasi hampir Rp 1 triliun (direvisi), dipindahkan ke tahun depan kalau kondisi sudah membaik bisa kita eksekusi," kata Doddy, Sabtu (23/5).
Ia juga menjelaskan investasi PLN Disjaya bukan hanya dalam hal pengadaan infrastruktur untuk menjaga keandalan pasokan tapi juga berdasarkan permintaan pengadaan peralatan untuk kebutuhan pelanggan baru. Investasi itu ada pelayanan pelanggan sambungan baru ada juga untuk efisiensi dan mutu keandalan.
"Ada pelanggan-pelanggan yang tadinya meminta sambungan listrik karena ada Covid-19 mereka memundurkan jadwal. Jadi kami sesuaikan," ujar Dody.
PLN Disjaya sendiri tahun ini memperkirakan konsumsi listrik tidak akan secemerlang tahun lalu. Ini tidak lain karena efek Covid-19 yang diprediksi akan berlangsung dalam waktu yang tidak sebentar meskipun pemerintah berencana melonggarkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
PLN (Persero) sendiri sudah meminta skenario mulai dari yang paling cepat hingga skenario jika konsumsi masyarakat baru pulih sepenuhnya pada awal tahun depan. "Kami diminta memberikan skenario-skenario kalau berhenti atau recovery mulai Juli atau Oktober," kata Doddy.
Jika pemulihan pascapandemi berlangsung mulai Januari 2021, target penjualan PLN Disjaya harus dikoreksi 16,13 persen atau turun dari total penjualan 2019. Pada tahun lalu penjualan tenaga listrik PLN Disjaya mampu tumbuh sebesar 4,05 persen atau mencapai 34,1 terra watt hour (TWh) dibandingkan 2018 yang mencapai 32,78 TWh.
Dengan adanya perkiraan penurunan penjualan listrik itu manajemen menegaskan akan meningkatkan strategi efisiensi selain menekan biaya pembangkitan juga dari sisi administrasi operasional. Dody mengatakan jalan terbaik untuk bisa bertahan dalam kondisi saat ini adalah dengan menurunkan biaya pembangkitan.