Restoran Sulit Kembali Normal Usai Pandemi Covid-19
Banyak restoran mulai bersiap buka kembali setelah tutup selama pandemi Covid-19.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Banyak restoran mulai bersiap untuk kembali beroperasi setelah penutupan akibat penyebaran virus corona tipe baru yang menyebabkan pandemi Covid-19. Penutupan restoran telah membawa kerugian besar bagi di industri makanan dan minuman di berbagai belahan dunia.
Data baru Ipos menunjukkan, sekitar 26 persen restoran Kanada tidak memiliki dana untuk membuka kembali restoran. Dalam upaya membuat restoran seaman mungkin, para pemimpin industri merekomendasikan berbagai langkah keamanan.
Sesuai instruksi dari pemerintah British Columbia, misalnya, area yang sering disentuh perlu sering dibersihkan, kemudian penghalang fisik seperti plexiglass sangat disarankan untuk menjaga jarak fisik. Namun, beberapa ahli penyakit menular khawatir tindakan pencegahan itu tidak cukup untuk mencegah penyebaran Covid-19.
"Tantangannya adalah kami tahu betul bagaimana SARS-CoV-2 dapat ditransmisikan, kami memiliki pemahaman sangat terbatas tentang rute penularan dalam kehidupan nyata,” kata profesor kedokteran di Universitas Alberta, Stan Houston dilansir di Global News.
Bagian yang mudah untuk dipahami, menurut Houston, jika pengunjung berada di luar ruangan restoran, mereka cukup aman. Setidaknya, mereka dapat mengikuti pedoman dasar jarak fisik dan tahu objek mana saja yang memungkinkan transmisi virus.
Lain halnya ketika berada di bagian dalam restoran. Ada kemungkinan, restoran harus membatasi jumlah pelanggan di dalam restoran untuk mempertahankan jarak fisik.
“Berdasarkan pengalaman kami, hingga saat ini dalam pengaturan komersial yang dianggap penting dan tetap terbuka, risikonya mungkin cukup kecil, tetapi ini merupakan eksperimen. Kita harus mengamati hasilnya dengan cermat,” ujar dia.
Berikutnya, akan ada kekhawatiran tentang efektivitas masker dalam melindungi orang dari Covid-19 saat datang ke restoran. Pengunjung juga mungkin akan dibayangi ketakutan tertular virus corona ketika akan memakai peralatan makan di restoran.
Huston mengatakan, para ahli tidak memiliki jawaban saat ini.
“Saya memiliki lebih banyak pertanyaan daripada jawaban, yang menurut saya secara akurat mencerminkan keadaan pengetahuan kita,” kata dia.
Seorang profesor di Sekolah Kesehatan Masyarakat Dalla Lana di Toronto, Colin Furness benar-benar khawatir dengan rencana pembukaan restoran itu. Ia menyatakan, setiap kali ada banyak orang di dalam ruangan sama, risikonya tinggi.
Rekomendasi mengenakan masker dan penghalang plexiglass antara pelanggan adalah ide bagus, tetapi hal itu tidak menjamin virus tidak menyebar. Dia menjabarkan, saat piring tiba di meja, piring sudah melewati beberapa tangan orang.
Furness tetap khawatir dengan semua variabel tak terkendali yang ada di pengaturan restoran, dari menyarankan masker N95 hingga menyediakan pembersih tangan. Alasannya pekerja restoran membutuhkan tingkat perlindungan sama dengan pekerja perawatan kesehatan sebelum restoran dianggap aman.
“Kami hampir harus memosisikan staf restoran seolah pekerja kesehatan untuk jenis perlindungan terhadap Covid-19,” kata dia.
Furness mendesak pelanggan untuk mempertimbangkan tingkat infeksi di komunitas mereka sebelum memutuskan apakah akan makan di restoran dalam beberapa minggu dan bulan mendatang.
“Saya akan mendasarkan keputusan hidup saya pada tingkat penyebaran komunitas. Jika penyebaran komunitas sangat sedikit, saya akan pergi ke restoran. Jika saya pikir ada banyak penyebaran komunitas, saya tidak akan melakukannya,” ujar dia.
Tidak terlalu penting tindakan pencegahan apa yang dilakukan sebuah restoran. Lebih penting memerhatikan bagaimana virus itu menyebar di berbagai komunitas. Dia juga khawatir tentang orang yang bekerja di restoran.
“Risiko Anda jatuh sakit berbanding lurus dengan jumlah waktu yang Anda habiskan untuk (kemungkinan) terpapar,” kata Furness.