Prof Nasaruddin Umar: Guru Harus Miliki Kematangan Spiritual

Syarat kematangan spiritual antara lain niat tulus, tidak maksiat dan penyucian batin

Dok KKG PAI Jakarta Pusat
Prof Dr Nasaruddin Umar MA tampil sebagai penceramah Halal Bi Halal (HBH) Virtual KKG PAI Jakarta Pusat, Senin (1/6).
Red: Irwan Kelana

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Bagi seorang guru, kematangan usia bologis saja tidak cukup. Ia juga harus memiliki kematangan spiritual.


“Guru harus memiliki kematangan spiritual, tidak hanya usia biologisnya yang matang,” kata Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta, Prof Dr Nasaruddin Umar MA saat tampil sebagai penceramah  Halal Bi Halal (HBH) Virtual  KKG PAI Jakarta Pusat, Senin (1/6).

HBH virtual itu merupakan kerja sama KKG PAI Jakarta Pusat dengan  Nasaruddin Umar Office (NUO). Acara yang mengusung tem “Menjadi manusia baru setelah berpuasa” itu dibuka oleh Ketua KKG PAI Jakarta Pusat,  Hidayatullah  MPdI.

Nasaruddin menambahkan, syarat memiliki kematangan spiritual bagi seorang guru (mursyid) adalah  memiliki niat yang tulus; guru yang banyak maksiat tidak akan dapat melahirkan murid yang saleh;  persiapan mengajar adalah pensucian batin dengan Tahajud, shalat Dhuha, shalat Hajat dan berdoa.

“Selain itu, membaca surat Al-Fatihah sebelum dan setelah berada di dalam kelas; mengajak murid untuk berdoa,” ujarnya dalam rilis yang diterima Republika.co.id.

Nasaruddin mengemukakan, alam raya ini harus dibaca sebagai pengamalan atas perintah Allah sebelum Allah memerintahkan membaca Kitab Suci. “Guru para wali di antaranya para wali yang sudah wafat bahkan diajar oleh Rasulullah SAW. Imam Al Ghazali mengatakan,  ‘Saya tidak pernah mengutip sebuah hadis dalam Ihya ‘Ulumuddin tanpa konfirmasi kepada Rasulullah SAW. Rasulullah wafat tahun 630 H,  Al Ghazali wafat 1111 H,  tetapi masih berkomunikasi,” tuturnya.

Suasana Halal Bi Halal (HBH) Virtual KKG PAI Jakarta Pusat, Senin (1/6).  (Foto: Dok KKG PAI Jakarta Pusat)

Nasaruddin menegaskan, berjumpa dengan nabi bagi orang yang hatinya bersih itu sangat mudah. Bagaimana kalau Nabi Muhammad langsung yang mengajar kita? Alangkah miskinnya kita kalau belajar hanya kepada orang yang masih hidup. Ibnu ‘Arabi mimpi dikasih buku oleh Rasulullah SAW (Khususul Hikam),” paparnya.

Ia mengemukakan, “Jangan pernah merasa bangga menjadi seorang guru.  Tawadhu dan khudu’lah kepada Allah SWT. Lihatlah wajah kita dicermin, bertanyalah pada diri sendiri pantaskah kita menjadi guru? Sebagai guru jangan berhenti melakukan kontemplasi dan pembersihan diri.”

Untuk itu, Nasaruddin Umar menganjurkan para guru agar selalu memperhatikan Surat Al-Mudatsir ayat 1-7, “Hai orang yang berkemul (berselimut) (1), Bangunlah, lalu berilah peringatan! (2) Dan Tuhanmu agungkanlah! (3),  Dan pakaianmu bersihkanlah (4),  Dan perbuatan dosa tinggalkanlah, (5),  Dan janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak (6),  Dan untuk (memenuhi perintah) Tuhanmu, bersabarlah (7).”

Panitia Penyelenggara HBH Virtual KKG PAI Jakarta Pusat, H  Ahmad Izzuddin  MPd mengatakan, HBH Virtual ini yang pertama dalam rangka menjaga silaturahim di masa pandemi.

“HBH Virtual ini dihadiri 130 peserta, di antaranya,  Ka Sudin Pendidikan Jakarta Pusat 1, Slamet SPd, MPd; dan Kasi PAI Kanwil Kemenag DKI Jakarta,  H Dadi Suryadi MPdI,” kata Izzudin.

 

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler