Masjid di Singapura Mulai Persiapan Sambut Kembali Jamaah

Mulai 8 Juni, sebagian besar masjid di Singapura dibuka untuk sholat lima waktu.

Republika/Idealisa Masyrafina
Masjid di Singapura Mulai Persiapan Sambut Kembali Jamaah. Masjid Abdul Gafoor yang terletak di Jalan Dunlop, kawasan Little India, Singapura.
Rep: Kiki Sakinah Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, SINGAPURA -- Masjid-masjid di Singapura sedang melakukan persiapan untuk menyambut jamaah kembali setelah ditutup selama lebih dari dua bulan. Wabah virus corona di negara itu dan melanda hampir semua negara telah mendorong langkah penutupan berbagai tempat ibadah dan publik, termasuk masjid.

Baca Juga


Pembukaan masjid dilakukan secara bertahap sesuai dengan ketentuan dari Dewan Agama Islam Singapura (MUIS), yang mengawasi masjid-masjid di negara itu. Mulai 2 Juni hingga 7 Juni 2020, masjid-masjid hanya akan buka antara pukul 13.00 hingga pukul 18.00 waktu setempat.

Hanya 64 dari 70 masjid di Singapura yang akan dibuka kembali antara 2 Juni dan 7 Juni 2020 pada fase pertama keluar dari periode pencegahan penyebaran Covid-19. Dari enam yang tersisa, dua masjid, yakni Masjid Bencoolen dan Masjid Abdul Gafoor, tengah menjalani perbaikan. Sedangkan empat lainnya, Masjid Ba'alwie, Masjid Burhani, Masjid Pulau Bukom dan Masjid Temenggong Daeng Ibrahim, diperkirakan akan dibuka kembali pada fase selanjutnya dari periode pencegahan penyebaran Covid-19 Singapura.

Dalam sebuah unggahan di Instagram, Mufti Singapura, Nazirudin Mohd Nasir mengatakan langkah kecil menuju pembukaan kembali sepenuhnya adalah bagian dari upaya melindungi masjid setempat. "Mari kita memberikan dukungan penuh dan kerja sama untuk masjid kita dan bercita-cita menjaga masjid kita aman untuk semua orang," kata Nazirudin, dilansir di Channel News Asia, Selasa (2/6).

Salah satu masjid yang bersiap untuk dibuka kembali adalah Masjid Angullia. Masjid ini telah memulai persiapan untuk tindakan pencegahan penyebaran Covid-19 pada Jumat (29/5) lalu dan ditambah selama akhir pekan. Terletak di distrik Little India, Masjid Angullia adalah salah satu masjid tertua di Singapura, yang didirikan 130 tahun yang lalu oleh pedagang dan dermawan Mohammad Salleh Eusoff Angullia.

Sebelumnya, Masjid Angullia ditutup untuk jamaah selama dua tahun untuk menjalani perbaikan. Menelan biaya sebesar 6,3 juta dolar Singapura, masjid ini ditingkatkan kapasitasnya menjadi 2.500 jamaah dari 1.500 jamaah sebelumya.

Masjid Angullia dibuka kembali pada Februari 2020 lalu setelah diperbaiki. Namun, hanya sebulan beroperasi, masjid terpaksa menghentikan layanan kembali karena seluruh masjid di pulau itu ditutup karena wabah Covid-19.

Manajer Masjid Angullia Asheeq Jumahir mengatakan, staf memiliki perasaan yang campur aduk tatkala mendengar berita mereka harus menutup lagi masjid setelah baru saja dibuka kembali. Apalagi, saat itu menjelang bulan Ramadhan.

"Kami baru saja membuka dan program kami baru saja dimulai, setelah dua tahun tidak ada pembangunan kembali," kata pria berusia 40 tahun yang telah menjadi manajer masjid sejak 2017 tersebut.

Namun, mereka menyadari penutupan itu merupakan langkah terbaik guna mencegah penyebaran Covid-19 di antara jamaah Masjid Angullia, yang mencakup para pekerja asing dan juga warga lansia. Seperti masjid-masjid lain, Asheeq mengatakan program di Masjid Angullia itu dilakukan secara daring. Sehingga, memungkinkan masjid ini untuk melanjutkan beberapa layanannya sembari menjaga jamaah tetap aman.

Penutupan lima hari pertama bagi masjid untuk menjalani pembersihan kemudian diperpanjang menjadi dua pekan. Ruang-ruang kecil di 19 masjid dibuka untuk memungkinkan tidak lebih dari 20 orang untuk melakukan sholat maghrib pada satu waktu. Hal ini kemudian menjadi penutupan yang tidak terbatas karena jumlah kasus yang dikonfirmasi dari virus corona di Singapura meningkat pada akhir Maret lalu.

 

 

Sebagai langkah persiapan, Masjid Angullia mengambil langkah tambahan untuk menyewa pemindai termal, yang mirip dengan yang ditemukan di Bandara Changi dan sejumlah bangunan lain di Singapura. Pemindai termal itu akan memungkinkan masjid untuk memindai suhu lebih banyak orang, meskipun tenaga kerjanya terbatas.

Penggunaan alat ini telah disetujui dewan masjid, bahkan sebelum tindakan pencegahan penyebaran Covid-19 Singapura dimulai. Asheeq mengatakan, alat itu digunakan untuk membuat upaya anti-virus corona lebih efisien. Ia mengatakan, ia mengantisipasi sejumlah jamaah yang mungkin tidak menyadari akan adanya pembatasan baru.

Dengan demikian, tanda-tanda telah dipasang untuk menginformasikan kepada pengunjung tentang persyaratan ibadah di masjid. Selain itu, staf masjid juga dilatih mendidik jamaah tentang apa yang diperlukan diterapkan oleh mereka.

"Jika Anda tidak datang dengan sajadah, kami benar-benar minta maaf, kami baru saja memberi tahu Anda di pintu (bahwa Anda tidak bisa masuk). Ini adalah aturan dan pedoman yang telah diarahkan," kata Asheeq.

Sebelumnya pada 27 Mei 2020, MUIS mengumumkan beberapa langkah pencegahan untuk diberlakukan guna menghentikan penyebaran virus corona. Misalnya, pembukaan masjid antara pukul 13.00 hingga pukul 18.00 mulai 2 Juni hingga 7 Juni.

Setiap masjid akan memiliki zona yang dibatasi secara khusus, untuk memungkinkan hingga lima orang untuk melakukan sholat pada jarak dua meter dari satu sama lain. Beberapa masjid, seperti Masjid Angullia dan Masjid Sultan, juga akan memiliki zona keluarga. Dalam hal ini, hingga lima orang dari rumah tangga yang sama akan diizinkan beribadah bersama.

Sementara itu, jamaah akan diukur suhu mereka sebelum masuk. Mereka juga akan diminta NRIC atau dokumen identitas lainnya yang dipindai untuk pendaftaran melalui SafeEntry, platform pelacakan kontak check-in digital Singapura.

Selain itu, jamaah harus mengenakan masker wajah bahkan ketika beribadah. Mereka juga perlu memiliki tas untuk menyimpan alas kaki mereka, yang harus dibawa bersama mereka ke dalam area ibadah. Jamaah juga harus membawa tikar atau sajadah sendiri dari rumah dan pakaian mereka sendiri.

Prioritas akan diberikan kepada pekerja penting keliling yang tidak memiliki tempat kerja di mana mereka bisa beribadah. Misalnya, pengantar pengiriman serta pengemudi taksi dan swasta.

Mulai 8 Juni, sebagian besar masjid akan dibuka untuk sholat lima waktu. Sementara beberapa masjid akan terus menawarkan jam operasional terbatas, dengan perincian lebih lanjut akan diberikan di kemudian hari. Sedangkan sholat berjamaah serta sholat Jumat berjamaah, tidak akan dilakukan selama fase pertama periode pemutus arus. Hal demikian dilakukan sesuai dengan pedoman nasional untuk tempat ibadah.

"Hal ini akan diatur dalam fase selanjutnya ketika situasi keseluruhan memungkinkan," kata MUIS. 

 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler