Kisah Abdullah bin Umar Meniru Rasulullah
Abdullah bin Umar dijuluki peniru Rasulullah.
REPUBLIKA.CO.ID, MADINAH -- Abdullah bin Umar mengikuti jejak Nabi Muhammad sejak beranjak remaja. Di saat dia menemani ayahandanya Umar bin Khattab dalam Perang Badar. Namanya Abdullah bin Umar. Suatu ketika anak ini berharap diizinkan mendapatkan posisi paling depan sebagai pejuang. Namun, ditolak oleh Rasulullah karena usianya yang masih muda.
Namun, Abdullah tak menyerah, dia tetap menemani ayahnya ketika hendak hijrah ke Madinah. Dia tetap menepati janjinya di jalan Allah hingga usia senja. Abdullah dikenal sebagai sosok peniru Rasulullah. Bahkan ketika hendak shalat, dia meniru gaya Rasulullah menunggangi unta.
Baru kemudian shalat dua rakaat seperti yang dilakukan Rasulullah. Aisyah, istri Rasulullah memuji kesetiaan Abdullah. Tak seorang pun mengikuti jejak langkah Rasulullah SAW, di tempat-tempat pemberhentiannya, sebagai dilakukan oleh Ibnu Umar!
Perawi hadis yang berhati-hati Karena ketekunannya selalu mengikuti langkah Nabi, dia pun sering menjadi perawi hadis. Namun, dia selalu bersikap hati-hati dalam menyampaikannya. Dia tidak akan menyampaikan hadits Rasulullah, jika tidak ingat dengan seluruh kata-kata Rasulul lah. Ini karena dia tidak ingin terselip atau berkurangnya satu huruf saja dari apa yang disampaikan Rasulullah.
Tak hanya itu, ketika memberikan fatwa, dia tetap berhati-hati dan menjaga diri. Dia pun tidak berijtihad karena khawatir fatwa yang diberikannya salah. Dia juga menolak ketika ditawari jabatan hakim oleh Utsman bin Affan. Karena amanah itu hanya ada tiga macam; hakim yang tanpa ilmu dan hakim yang menggunakan nafsu akan masuk neraka. Sedangkan hakim yang ijtihadnya benar adalah yang adil, tetapi tidak berdosa dan tidak berpahala.
Utsman berharap alasan tersebut tidak tersebar karena khawatir banyak masyarakat yang mengikuti jejaknya, sehingga tak ada lagi yang mau menerima jabatan hakim. Namun, bukan berarti tindakan Abdullah adalah kurang tepat. Karena dia berpikir masih banyak sahabat Rasulullah yang dapat memegang jabatan tersebut. Abdullah berharap untuk selalu meningkatkan ibadah dan ketaatan kepada Allah.
Apalagi, saat itu Islam sedang berjaya, umat Islam begitu mudah mendapatkan harta dan jabatan. Maka hal itu menjadi ujian bagi Abdullah. Ketika remaja, Abdullah pernah bermimpi. Di masa Rasulullah SAW saya bermimpi seolah-olah ditanganku ada selembar kain beludru. Tempat mana saja yang saya ingin di surga, maka beludru itu akan menerbangkanku ke sana. Hafshah, saudaranya, menceritakan mimpi tersebut kepada Rasulullah.
Sang Nabi berkata Abdullah akan menjadi laki-laki yang paling utama masuk surga, seandainya dia sering shalat malam dan banyak melakukannya. Sejak saat itu hingga ujung usia, dia tak pernah meninggalkan Qiyamul lail saat bermukim maupun menjadi musafir. Dia menghidupkan malam dengan shalat, membaca Alquran dan berzikir menyebut Allah hingga bercucuran air mata ketika mendengar ayat Alquran tentang peringatan.