Kompetisi Nasional Bisa Adopsi Protokol Negara Lain

Indonesia bisa adopsi protokol kesehatan negara lain yang sudah memutar kompetisi.

Humas Kemenpora
Menpora Zainudin Amali.
Red: Didi Purwadi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) RI, Zainudin Amali, memberi saran apabila kompetisi nasional ingin kembali dilanjutkan. Menpora menyarankan kompetisi nasional bisa mengadopsi protokol kesehatan negara-negara lain yang sudah lebih dulu memutar kompetisinya di tengah pandemi virus corona.


''Kita akan adopsi referensi dari panduan negara-negara lain, minimal negara ASEAN, seperti Vietnam, bagaimana mereka mengatur kompetisi. Kita adopsi dengan kondisi di Indonesia," kata Zainudin, dalam telekonferensi pers di Jakarta, beberapa waktu lalu.

Zainudin mengatakan setidaknya Indonesia bisa mencontoh Liga Vietnam (V-League) yang menjadi negara pertama di Asia Tenggara yang memutar lagi kompetisinya pada Sabtu (23/5). Langkah pemerintah Vietnam memulai kembali Liga Sepak Bolanya di tengah pandemi seperti saat ini sebetulnya tak begitu mengagetkan. Ini mengingat angka kasus positif COVID-19 di negara tersebut per Jumat (29/5), tercatat hanya 327 kasus dengan nihil kematian.

Tak ada protokol kenormalan baru yang diterapkan di sana. Bahkan, sekira 10.000 penonton turut meramaikan menyaksikan laga pembuka antara Nam Dinh melawan Hoang Anh Gia Lai di thien Truong Stadium, demikian dilaporkan media lokal Vietnam.

Akan tetapi, apa yang terjadi di Vietnam dirasa terlalu sulit diterapkan di Indonesia. Menpora menegaskan bahwa kehadiran penonton dan suporter ke dalam stadion tidaklah mudah di tengah laju penularan COVID-19 di Indonesia. Oleh karena itu, Menpora tidak mau gegabah.

Pihaknya akan merancang protokol dengan hati-hati dan penuh pertimbangan demi keselamatan para peserta. Ia tidak menginginkan ketika kompetisi kembali diputar justru menciptakan kluster baru penularan COVID-19 di Indonesia.

''(Mengizinkan) penonton dan suporter tidak mudah. Jangan sampai kita teledor merumuskan protokol. Jangan sampai itu menjadi kluster baru COVID-19,'' tuturnya.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler