Dua Aktivis China Didakwa karena Sebarkan Artikel Corona

Kedua aktivis menerbitkan artikel yang disensor dari arus media utama China.

EPA/CDC
Virus corona dalam tampilan mikroskopik. (ilustrasi)
Rep: Kamran Dikarma Red: Teguh Firmansyah

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Dua aktivis China akan menghadapi persidangan dengan tuduhan kriminal karena berbagi dan menyebarkan artikel berisi materi yang disensor tentang penyebaran awal virus Corona. Mereka telah ditahan selama dua bulan.

Dua aktivis itu bernama Chan Mei dan Cai Wei. Mereka ditangkap kepolisian Beijing pada 19 April setelah menerbitkan artikel tentang krisis Covid-19 di GitHub, sebuah situs open-source terbesar di dunia.

Kedua aktivis tersebut menerbitkan berbagai artikel yang diblokir atau dihapus oleh sensor dari media arus utama Cina. Menurut Chen Kun, kakak laki-laki Chen Mei, keluarganya telah menerima telepon dari biro keamanan publik Chaoyang pada Jumat (12/6) pekan lalu. Dia diberi tahu bahwa Chen Mei dan Cai Wei telah secara resmi ditangkap dan ditahan di Pusat Penahanan Distrik Chaoyang.

Chen Kun mengatakan Chen Mei dan Cai Wei telah didampingi dua pengacara karena mereka secara sukarela mengajukan bantuan hukum. Namun Chen Khun ragu informasi itu benar. “Ini merupakan upaya yang jelas untuk menjaga agar pengacara yang disewa keluarga tidak ikut campur,” kata Chen Kun, dikutip laman South China Morning Post, Senin (15/6).

Chen Kun menolak pengacara yang ditunjuk secara resmi. “Kami yakin bahwa ini adalah pilihan terakhir bagi Chen Mei, di bawah tekanan dan ancaman dari polisi. Keputusan itu tidak mewakili apa yang benar-benar dia pikirkan,” ucapnya.

Chen Kun mengungkapkan telah menyewa pengacara bernama Liang Xiaojun. Menurut Liang kedua aktivis telah didakwa karena memicu pertengkaran dan memprovokasi masalah, tuduhan samar yang kerap digunakan otoritas Cina untuk menargetkan para aktivis serta pembangkang.

Chen Mei dan Cai Wei telah menerbitkan materi-materi yang disensor melalui proyek Terminus 2049 selama sekitar dua tahun. Beberapa pekerjaan awal mereka terkait dengan gerakan #MeToo yang melawan pelecehan seksual. Keduanya turut meliput isu-isu seperti penggusuran pekerja migran miskin dari rumah mereka di Beijing.

Salah satu laporan populer tentang Covid-19 milik mereka adalah hasil wawancara dengan Ai Fen, seorang doker di Rumah Sakit Pusat Wuhan yang pertama kali membocorkan tentang virus Corona. Wawancara itu sempat diterbitkan secara daring oleh majalah China’s People pada awal Maret. Namun artikel itu dihapus beberapa jam kemudian.

China telah menghadapi tudingan menutup-nutupi informasi tentang penyebaran Covid-19. Namun Beijing membantah tuduhan tersebut dan mengklaim telah bekerja sama dengan Organisasi Kesehatan Dunia sejak awal.

Baca Juga


BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler