Cahaya Hijau Terdeteksi di Mars
Cahaya hijau yang ada di Mars berbeda dengan Aurora di Bumi.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Para ilmuwan melaporkan adanya cahaya hijau yang terlihat di atmosfer Mars. Cahaya serupa terkadang juga dilihat oleh para astronaut yang berada di stasiun ruang angkasa.
Cahaya itu dikatakan berasal dari atom oksigen ketika terkena sinar matahari. Fenomena ini telah lama diprediksi terjadi di planet selain Mars. Namun, Trace Gas Orbiter (TGO), satelit Eropa-Rusia bersama di Planet Merah tersebut adalah yang pertama melakukan pengamatan di luar Bumi.
"Ini hasil yang bagus. Anda tidak akan pernah merencanakan misi untuk pergi mencari hal semacam ini," ujar Manish Patel dari Universitas Terbuka Inggris, dilansir BBC, Selasa (16/6).
Patel mengatakan ilmu pengetahuan yang jelas telah menjadi dasar para peneliti sebelum tiba di Mars. Perlu diketahui bahwa cahaya hijau yang ada di planet tersebut berbeda dengan Aurora, yang ditemui di bagian utara dan selatan Bumi.
Aurora adalah konsekuensi dari tabrakan antara molekul atmosfer dan partikel bermuatan yang berpacu jauh dari Matahari. Di Bumi, jenis interaksi ini sangat dipengaruhi oleh medan magnet kuat planet kita, yang menarik partikel-partikel itu ke kutub.
Fenomena cahaya hijau di utara dan selatan Bumi tidak terfokus dengan cara yang sama di Mars. Di planet itu tidak ada medan magnet global, namun emisi demikian tetap ada dan telah diamati.
Cahaya hijau yang dilihat oleh para astronot di Bumi dan sekarang oleh TGO di Mars memiliki asal yang berbeda. Sinar matahari berperan dalam fenomena ini.
Atom oksigen dinaikkan ke tingkat energi yang lebih tinggi dan ketika kembali dalam keadaan istirahat, ini menghasilkan emisi hijau yang jelas.
Bumi memiliki oksigen berlimpah di atmosfernya. Tetapi di Mars sebagian besar hanya hadir sebagai produk penguraian karbon dioksida. Sinar matahari akan membebaskan salah satu atom oksigen dalam CO2, dan itu adalah transisi dari atom yang menyala hijau di Planet Merah.
TGO mendeteksi oksigen tereksitasi bukan dengan kamera pencitraan, tetapi dengan spektrometer Nomad. Alat ini melihat oksigen pada ketinggian yang sangat khusus.
Dalam sebuah makalah yang diterbitkan dalam jurnal Nature Astronomy, ketinggian yang dimaksud berada di 80 km dan 120 km di atas permukaan. Ketinggian yang tepat tergantung pada tekanan CO2.
"Dengan melihat ketinggian di mana emisi ini, Anda benar-benar dapat mengetahui ketebalan atmosfer dan bagaimana itu bervariasi," jelas Patel.
Patel mengatakan jika terus mengamati fenomena tersebut, dapat terlihat ketinggian atmosfer berubah. Ini adalah masalah yang dihadapi ketika pendaratan di Mars dilakukan, karena seberapa tebal atmosfer planet itu hingga sampai ke permukaannya belum diketahui secara pasti.
Oleh karena itu, secara teroritis pengamatan cahaya hijau dapat digunakan untuk membantu menginformasikan model yang memandu masuk, turunnya dan pendaratan probe Mars.