Dokter RSUD Yowari Jayapura Berjibaku Tangani Covid-19

Dokter Yeri Mandang ketika tiba di rumah harus menanggalkan pakaian.

@suryaningsih2
Pegawai kesehatan di RSUD Yowari, Kabupaten Jayapura, Papua (ilustrasi).
Rep: Antara Red: Erik Purnama Putra

REPUBLIKA.CO.ID, JAYAPURA -- Era kenormalan baru setelah masyarakat dunia diterjang virus corona memunculkan banyak kebiasaan baru yang harus didasarkan pada protokol kesehatan. Menjaga jarak, mencuci tangan dan menggunakan masker adalah hal dasar yang selalu digaungkan semua pihak sejak Covid-19 mulai eksis.

Demikian juga dengan Kepala Bidang Penunjang Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Yowari Kabupaten Jayapura, Papua, dokter Yeri Mandang. Meskipun dalam kesehariannya, Yeri hanya bertugas di bagian manajemen rumah sakit, namun ketika Covid muncul maka ia bersama jajaran turun diperbantukan untuk menangani pasien virus corona tersebut. "Saya memang tidak langsung kontak dengan pasien karena selama ini bidang tugas ada di manajemen, namun selama pandemi ini semua diperbantukan," katanya di Sentani, Jayapura, Senin (15/6).

Menurut Yeri, sejak pandemi Corona muncul, kerja tenaga medis menjadi bertambah, hal yang paling berat baginya adalah harus memakai hazmat selama kurang lebih delapan jam. Pembagian sif kerja yang bertambah dan fungsi pendukung bagi sesama tenaga medis. "Jadi kami harus mendukung pekerjaan rekan lainnya jika ada yang berhalangan, padahal sebelumnya sudah menjalani shift kerja masing-masing, capek sekali," ujarnya.

Pada awal pandemi corona, kata Yeri, warga Kabupaten Jayapura ada yang positif. Dia bersama rekan medisnya lainnya sempat tidak pulang ke rumah selama dua hari. Hal itu membuat sang istri khawatir dan akhirnya memutuskan untuk menerapkan protokol kesehatan tambahan versi rumah Yeri. "Jadi setelah bertugas, lalu mandi, membersihkan diri dan ganti baju di rumah sakit, sesampainya di rumah tetap harus mematuhi protokol kesehatan ganda ala istri," katanya lagi.

Meskipun sudah membersihkan diri dari rumah sakit, menurut Yeri, ketika tiba di depan pintu rumah, ia harus menanggalkan pakaiannya dan mulai melaksanakan protokol kesehatan kedua. Hal itu dilakukan agar keluarganya tidak terpapar Covid-19.

Bagi ayah dari tiga orang anak ini, apa yang dilakukan sang istri dengan memberlakukan protokol kesehatan tambahan di rumah merupakan salah satu langkah antisipasi yang seharusnya dilakukan ibu-ibu lain di rumahnya. "Segala sesuatu harus dilakukan sejak dini oleh diri sendiri sehingga menjadi kebiasaan yang baik," ujar Yeri menjelaskan.

Beban dan lelah yang dirasakanselama pandemi Covid ini, tidak hanya dihilangkan melalui kebiasaan baru di rumah, namun juga dengan hal-hal lucu di lingkungan kerja. "Ada beredar isu bahwa tenaga medis dibayar mahal untuk menangani virus Corona, kami menanggapi hal ini dengan tertawa saja karena pekerjaan kami sudah berat," katanya.

Dia mengungkapkan terkadang dirinya bersama rekan-rekan kerjanya merasa sedih karena sudah melayani dengan sepenuh hati, namun masih saja ada yang berpikiran negatif. "Tapi tetap kami bawa enjoysaja agar dapat melaksanakan tugas dan kewajiban secara maksimal," ujar Yeri.

Sejak pandemi, sudah banyak petugas medis khususnya di ruangan instalasi gawat darurat (IGD) sempat terpapar virus ini, namun segera ditangani, yakni menjalani tes usap secara rutin lalu diisolasi di rumah sakit. Suka dan duka lainnya dalam penanganan Covid-19 ini adalah terbatasnya sumber daya manusia, seperti ketika petugas di IGD ternyata terpapar virus, lalu pegawai laboratorium. Sehingga, mau tidak mau harus ada yang mendukung.

"Kami tidak ingin pasien-pasien yang datang di RSUD Yowari tidak tertangani baik, sehingga upaya memanusiakan pasien kami prioritaskan," katanya. Yeri beserta seluruh jajaran RSUD Yowari ingin memberikan pelayanan yang terbaik bagi para pasien yang datang berobat.


Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler