WHO Awasi Penyebaran Covid-19 di Beijing
WHO mengungkap ahli epidemiologi melacak penyebaran Covid-19 di Beijing
REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA — Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan terus mengikuti perkembangan penyebaran kasus Covid-19 di Beijing, China. Komunikasi dan kerja sama dengan otoritas Negeri Tirai Bambu terus dijalin guna memahami risiko.
“Beijing adalah kota besar dan kota yang sangat dinamis serta terhubung. Jadi selalu ada kekhawatiran. Dan saya pikir Anda dapat melihat tingkat kepedulian itu dalam respons otoritas China,” kata Direktur Eksekutif Program Kedaruratan Kesehatan WHO Dr Michael Ryan dalam sebuah konferensi pers di Jenewa, Swiss pada Senin (15/6).
Dalam berita yang diterbitkan Xinhua, Ryan mengatakan WHO memiliki kantor di Beijing dengan sejumlah ahli epidemiologi bertugas di sana. “Kami melacaknya (kasus penyebaran Covid-19 di Beijing) dengan sangat cermat,” ujarnya.
Ryan mengungkapkan WHO telah menawarkan bantuan dan dukungan lebih lanjut kepada China. “Kami mungkin menambah tim kantor di negara itu dengan lebih banyak ahli, dan dalam beberapa haru mendatang ketika investigasi berkembang,” ucapnya.
Beijing melaporkan 27 kasus baru Covid-19 yang ditransmisikan secara domestik pada Senin. Terdapat pula tiga kasus tanpa gejala atau asimtomatis. Penularan itu diyakini berpusat di sekitar wilayah pasar Xifandi. Otoritas setempat telah menutup pasar tersebut pada Sabtu pekan lalu. Sebanyak 11 kelompok permukiman yang berlokasi di dekat pasar itu pun ditutup atau diisolasi.
Penemuan kasus Covid-19 di Beijing terjadi setelah kota itu tak melaporkan adanya penularan selama 50 hari terakhir. Oleh sebab itu, adanya klaster pasar Xifandi telah memicu kekhawatiran penyebaran virus korona lebih lanjut.
Liaoning, misalnya, telah melaporkan penemuan dua orang positif Covid-19 yang pernah kontak dengan kasus di Beijing. Setidaknya 10 kota, termasuk Harbin dan Dalian, telah mengimbau warganya tak bepergian ke ibu kota. Mereka yang telah mengunjungi Beijing diwajibkan melapor.