Enam Bulan Terakhir, Bencana Longsor Dominasi Sukabumi

Bencana paling rawan terjadi adalah longsor di musim transisi ini

riga nurul iman
Bencana longsor kembali mengancam permukiman warga di Kelurahan Sriwedari, Kecamatan Gunungpuyuh, Kota Sukabumi. Sebab kejadian tersebut menyebabkan satu rumah warga mengalami kerusakan.
Rep: riga nurul iman Red: Hiru Muhammad

REPUBLIKA.CO.ID, SUKABUMI--Sepanjang Januari hingga pertengahan Juni 2020 tercatat sebanyak 106 kejadian bencana di Kota Sukabumi. Di mana bencana longsor dan banjir paling mendominasi dibandingkan yang lain.


Hal ini didasarkan pendataan yang dilakukan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Sukabumi. '' Dari awal Januari hingga 9 Juni 2020 tercatat sebanyak 106 kejadian bencana,'' ujar Kepala Seksi Pencegahan dan Kesiapsiagaan, BPBD Kota Sukabumi, Zulkarnain Barhami kepada Republika, Selasa (16/6). Rinciannya pada Januari sebanyak 16 kejadian, Februari 15 kejadian Maret 28 kejadian, April 18 kasus, Mei 25 kasus, dan hingga 9 Juni 2020 sebanyak 4 kasus.

Menurut Zulkarnain, bencana yang paling mendominasi adalah longsor sebanyak 41 kejadian dan cuaca ekstrem 32 kejadian. Berikutnya banjir 14 kasus, kebakaran 9 kasus, gempa 8 kasus dan angin kencang 2 kasus.

Di sisi lain ungkap Zulkarnain, pada musim transisi seperti saat ini potensi bencana yang paling rawan terjadi adalah longsor atau pergerakan tanah. Selain itu angin kencang yang biasanya terjadi pada peralihan musim dari kemarau ke hujan atau sebaliknya.

Sebelumnya, memasuki awal musim kemarau, Kota Sukabumi mulai mewaspadai potensi meningkatnya kasus kebakaran lahan dan permukiman. Salah satu upayanya dengan mengimbau warga meningkatkan kewaspadaan dan tidak membakar lahan atau sampah secara sembarangan.

Terlebih, pada Senin (15/6) siang terjadi kebakaran lahan kosong diduga akibat aktivitas pembakaran sampah di Jalan AR Rahman Hakim RT 01 RW 04, Kelurahan Benteng, Kecamatan Warudoyong. '' Awal musim kemarau harus hati-hati dengan potensi meningkatnya kejadian kebakaran lahan maupun permukiman,'' ujar Zulkarnain.

Hal ini dikarenakan pada musim kemarau bahan atau benda menjadi mudah terbakar. Sehingga ketika terpantik api maka akan mudah terbakar.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler