Pandemi Covid-19 Memberi Laut Waktu Istirahat

Tidak adanya aktivitas wisatawan berpengaruh ke pengurangan jumlah sampah.

KKP
Taman Nasional Perairan (TNP) Laut Sawu, Nusa Tenggara Timur (NTT) (Ilustrasi). Pandemi memberikan waktu bagi laut untuk istirahat sementara waktu.
Rep: Wahyu Suryana Red: Ratna Puspita

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Pandemi Covid-19 membawa dampak negatif bagi kehidupan manusia. Namun di sisi lain, wabah virus corona jenis baru ini memunculkan dampak positif bagi alam, termasuk laut.

Baca Juga


Dosen Fakultas Biologi UGM, Akbar Reza, mengatakan, pandemi memberikan waktu bagi laut untuk istirahat sementara waktu. Sebab, ada pengurangan aktivitas manusia dengan melakukan isolasi diri untuk memutus mata rantai penyebaran.

"Pandemi memberi waktu bagi laut untuk beristirahat, tapi ini sifatnya jangka pendek," kata Akbar dalam seminar daring yang diadakan untuk memperingati Hari Laut Sedunia, Kamis (18/6).

Ia menuturkan, selama pandemi Covid-19 tidak ada lagi keramaian wisatawan di berbagai obyek wisata perairan Tanah Air. Hal itu sangat berpengaruh positif kepada kondisi laut dan ekosistem di dalamnya.

"Tekanan dari aktivitas turis jadi sangat berkurang selama pandemi," ujar Akbar.

Akbar melihat, tidak adanya aktivitas wisatawan berpengaruh ke pengurangan jumlah sampah yang dihasilkan. Lalu, tingkat polusi suara atau kebisingan kapal-kapal laut angkutan wisatawan maupun kapal-kapal besar berkurang. 

Kendati demikian, ia berpendapat, pandemi Covid-19 juga membawa dampak buruk dari sektor kelautan. Salah satunya mengakibatkan menurunnya pendapatan aktivitas perikanan, terutama skala kecil. 

"Selama pandemi Covid-19 ada kecenderungan peningkatan sampah medis. Banyak sarung tangan dan masker ditemukan di pantai sejumkah negara," kata Akbar.

Dampak negatif lain, terjadi peningkatan penangkapan ikan secara ilegal di beberapa daerah seperti Natuna dan Raja Ampat. Walau pandemi memberi waktu laut istirahat, masyarakat diminta tidak melupakan persoalan janga panjang.

Antara lain, peningkatan kapasitas sumber daya manusia, isu perubahan iklim, aktivitas perikanan tidak berkelanjutan, peningkatan populasi yang berujung kepada peningkatan konsumsi, dan patiwisata yang tidak berkelanjutan. "Setelah pandemi ini apakah kita akan kembali ke kebiasaan yang sebenarnya abnormal," ujar Akbar.

Analis Akuakultur, Wildan Gayuh Zulfikar, menambahkan, wabah Covid-19 memang telah mengizinkan laut untuk regenerasi. Namun di sisi lain, memunculkan kekhawatiran kalau pandemi memengaruhi aktivitas akuakultur di Tanah Air. 

"Saat wabah mulai meluas, kekhawatiran terbesarnya takut jika tidak bisa ekspor produk akuakultur lagi ke Cina," kata Wildan. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler