Kisruh Covid-19 Beijing, dari Salmon ke Tudingan Konspirasi

Salmon dari pasar di Beijing diduga menjadi inang kasus baru di China.

AP/Mark Schiefelbein
Petugas berpakaian APD mendata warga Beijing, China, yang memiliki potensi terpapar Covid-19 dari sebuah pasar, Rabu (17/6). Ribuan orang terkait pasar itu disebut harus dites Covid-19.
Red: Indira Rezkisari

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Idealisa Masyrafina, Lintar Satria, Dwina Agustin

Beijing dalam sepekan terakhir melihat lonjakan kasus Covid-19, hampir semuanya terkait dengan pasar makanan grosir besar. Media pemerintah mengatakan virus itu ditemukan di papan talenan yang digunakan untuk memotong salmon impor di pasar Xinfadi.

Supermarket dan restoran di seluruh Beijing pun bergegas menarik salmon dari rak mereka. Impor salmon dari Eropa dihentikan.

Pada hari Rabu (17/6), diumumkan seorang lelaki berusia 22 tahun, yang diketahui sesekali membersihkan makanan laut beku, telah dites positif terkena virus di Tianjin, dekat Beijing. Tetapi Pusat Pengendalian Penyakit China (CDC) mengatakan tidak mungkin salmon yang membawa virus itu. Seorang pejabat di CDC mengatakan tidak ada bukti salmon adalah inang atau bahkan inang perantara, untuk virus tersebut.

Wakil direktur pusat tanggap darurat CDC, Shi Guoqing mengatakan, tidak ada jejak virus pada salmon sebelum mencapai pasar. Ini menunjukkan virus itu ada di pasar, bukan di salmon itu sendiri. Dan para ahli sepakat.

"Virus harus bergantung pada reseptor virus pada permukaan sel inang untuk menginfeksi sel. Tanpa reseptor tertentu mereka tidak dapat masuk ke dalam sel dengan sukses," kata Cheng Gong, ahli virus di Universitas Tsinghua dilansir di BBC, Kamis (18/6).

"Semua bukti yang diketahui sejauh ini menunjukkan bahwa reseptor semacam ini hanya ada pada mamalia, bukan ikan," tambahnya.

Namun, kepala ahli epidemiologi CDC, Wu Zunyou, mengatakan ikan itu tidak dapat menangkap virus di habitat alami mereka. Tetapi ia menambahkan bahwa ada kemungkinan salmon terkontaminasi oleh pekerja selama penangkapan atau transportasi mereka.

Secara keseluruhan, masih belum jelas apa sumber asli virus, atau dari mana asalnya, meskipun WHO mengatakan tidak dapat ditularkan melalui makanan dan minuman kepada manusia.

"Virus corona tidak dapat berkembang biak dalam makanan. Mereka membutuhkan hewan atau inang manusia untuk berkembang biak," kata badan kesehatan global dalam dokumen yang dipublikasikan di situs webnya. WHO juga mengatakan sangat tidak mungkin virus dapat menyebar melalui kemasan makanan.

Komisi Pusat Inspeksi Disipliner (CCDI) Partai Komunis Cina mengatakan rendahnya standar kebersihan di pasar-pasar dan pasokan makanan di China harus segera diatasi. Pasar Xinfadi telah menyebabkan lebih dari 100 kasus terkait.

CCDI mengatakan wabah di Beijing memperlihatkan standar sanitasi dan upaya meminimalisir risiko penularan di pasar-pasar harus ditingkatkan. "Epidemi adalah cermin yang tidak hanya merefleksikan kekotoran dan aspek pasar segar tapi juga rendahnya kondisi pengelolaan mereka," kata CCDI dalam laporan mereka, Kamis (18/6). 

Pasar makanan China yang sangat besar menjadi tempat yang ideal bagi virus corona berkembang biak. Virus itu kini telah menginfeksi lebih dari 8 juta orang di seluruh dunia.

Tempat pertama terdeteksinya virus corona adalah pasar makanan laut Huanan di Wuhan. Dulu pasar laut itu menjualbelikan kelelawar dan satwa liar.

CCDI mencatat sebagaian besar pasar dibangun 20 atau 30 tahun yang lalu. Saat sistem drainase dan pengolahan air limbah belum berkembang.

Laporan itu mengutip profesor dari China Agricultural University, An Yufa yang mengatakan pasar-pasar di China harus mengikuti praktik internasional dan mengimplementasikan sistem pelacakan. Menurutnya pasar juga harus mendokumentasikan isi gudang, transportasi dan penjualan mereka.

Pemerintah di Provinsi Wuhan mengambil 3.000 sampel dari alat, potongan papan dan saluran air di 114 pasar petani dan 107 pasar swalayan pekan ini. Mereka ingin memeriksa tempat yang berpotensi menjadi sumber wabah. Mereka mengatakan semua sampel hasilnya negatif, dilansir dari Reuters.

Tekanan ke China dari Amerika Serikat (AS) terkait Covid-19 juga belum berhenti. Hari ini Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo bertemu dengan diplomat China di Hawaii. Pompeo mendesak China mengungkap apa yang diketahuinya tentang pandemi ini.

Dalam pertemuan dengan diplomat dari Partai Komunis, Yang Jiechi, Pompeo mengatakan pentingnya transparansi dan pembagian informasi untuk melawan Covid-19 dan mencegah wabah berikutnya datang. Pompeo dikenal sebagai pengkritik sikap China menangani Covid-19, termasuk mengutarakan teori kalau virus ini datang dari laboratorium di Wuhan.

Amerika sendiri memiliki angka penderita Covid-19 yang paling tinggi dunia. Sebanyak 2,1 juta penduduknya terinfeksi dan 117 ribu kematian telah terjadi akibat Covid-19.

Tuduhan terkait Covid-19 ke China juga dijatuhkan oleh Inggris. Bahkan Inggris mengatakan China, Rusia dan Iran berusaha mengeksploitasi kelemahan yang diperlihatkan wabah virus corona.

Baca Juga


 

London menyinggung Beijing menggunakan krisis kesehatan publik untuk meloloskan legislasi keamanan baru di Hong Kong. "Virus corona dan tantangan-tantangan yang telah diciptakannya telah memunculkan kesempatan atau peluang bagi berbagai negara atau aktor non negara dengan teknologi siber, melalui cara lain, saya pikir sehubungan dengan Hong Kong, kami telah melihatnya," kata Menteri Luar Negeri Inggris Dominic Raab di stasiun televisi Sky News.

Raab mengatakan banyak orang berpendapat undang-undang keamanan Hong Kong yang diloloskan parlemen China bulan lalu diajukan ketika perhatian dunia tertuju pada pandemi. Ia mengatakan sulit untuk membuktikan apakah argumentasi ini benar atau tidak.

China dan Rusia berulang kali membantah mereka berusaha mengeksploitasi negara-negara Barat. Mereka mengatakan tuduhan itu memperlihatkan histeria anti-China atau anti-Rusia.

"Kami tentu tahu Rusia terlibat dalam upaya menyebarkan propaganda dan informasi yang salah secara sistematis melalui siber dan cara lain, yang lain juga terlibat hal yang sama, China dan Iran, tapi saya tidak berpikir mungkin akan berdampak pada proses pemilihan di Inggris," kata Raab.  

Kenaikan jumlah kasus positif Covid-19 di Beijing namun dilaporkan mulai turun hari ini. Pada Kamis (18/6), ada 21 laporan kasus baru Covid-19. Jumlahnya menurun dibanding Rabu (17/6) sebanyak 31 kasus.

Kemarin, penerbangan kembali dibatasi untuk menahan gelombang infeksi baru di seluruh negeri. Lebih dari 60 persen penerbangan komersial masuk dan keluar dari Beijing telah dibatalkan.

Langkah ini karena batas kota untuk masuk dan keluar, terutama dari distrik di mana kasus baru telah terdeteksi. Situs berita milik Partai Komunis Global Times mengatakan, pukul 09.00 Rabu (17/6) pagi, total 1.255 penerbangan ke dan dari dua bandara utama di ibu kota telah dibatalkan. Beijing pada dasarnya telah memberantas transmisi lokal, hanya saja, dalam beberapa hari terakhir telah menambahkan 137 kasus di kota berpenduduk 20 juta orang.

Kelompok turis yang melintasi batas kota dan provinsi ditangguhkan. Keputusan ini menambah larangan perpindahan orang dari daerah berisiko tinggi meninggalkan Beijing dan larangan taksi dan layanan mobil untuk mengangkut orang melintasi perbatasan kota.

Memakai masker, menjaga jarak, dan mendesinfektan semua benda menjadi lebih ketat. Pemeriksaan di pintu masuk ke perumahan warga juga diperketat, dengan beberapa memerlukan bukti bahwa orang yang akan masuk belum melakukan perjalanan ke tempat-tempat di mana infeksi telah dilaporkan.

Secara nasional, kemarin China melaporkan 44 kasus baru, 11 kasus dibawa dari luar negeri oleh wisatawan China. Sementara satu kasus lokal berasal dari provinsi Hebei yang berdekatan dengan Beijing dan satu lagi di provinsi timur Zhejiang, lebih jauh ke selatan.

Hingga saat ini, tidak ada laporan kematian baru dan hanya 252 orang saat ini dalam perawatan Covid-19. Sebanyak 113 lainnya diisolasi dan diamati karena dicurigai sebagai kasus atau untuk pengujian positif virus tanpa menunjukkan gejala apa pun, dilansir dari AP.


BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler