Sibuk Ngurus Negara, Sri Mulyani Butuh Me Time Setengah Hari
Sri Mulyani mengaku tidak pernah bisa libur karena harus bekerja setiap hari.
REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA – Menteri Keuangan Sri Mulyani berharap bisa meluangkan setengah harinya pada akhir pekan untuk sekadar mengosongkan pikiran sejenak atau bermain bersama cucu. Keinginan ini disampaikan Sri dalam teleconference town hall meeting bersama jajaran pegawai Kementerian Keuangan (Kemenkeu), Jumat (19/6).
Sri mengakui, tekanan ekonomi sebagai dampak pandemi Covid-19 memberikan tekanan tambahan pada banyak pihak. Tidak terkecuali ke pegawai Kemenkeu yang bertugas mengelola keuangan negara.
Setiap hari dalam sepekan, Sri menyebutkan, tidak pernah bisa libur karena harus bekerja. "Saya terkadang minta break ke Pushaka (Sekretariat Jenderal Kemenkeu). Tolong, hari ini, setengah hari saja, saya cuma ingin duduk saja, mengosongkan pikiran dan berdiam," tutur mantan direktur pelaksana Bank Dunia tersebut.
Sejak menerapkan kerja dari rumah (Working From Home/ WFH), Sri menggambarkan, tuntutan pekerjaan membuatnya tidak bisa membedakan antara waktu 'work' dengan 'home'. Rangkaian tugas menjadi luar biasa panjang yang harus diselesaikan tanpa jeda.
Selain berdiam pada akhir pekan, Sri juga memiliki keinginan untuk memiliki waktu berkualitas dengan anggota keluarga sejenak. Khususnya bersama para cucu. "Kadang, saya minta tolong, satu hari ini atau setengah hari, saya pengen ketemu sama cucu saya," ucapnya.
Tidak hanya Sri yang merasakan kerja lebih berat. Berdasarkan survei di internal Kemenkeu, sebanyak 24,8 persen di antara pegawai menganggap pekerjaan menjadi lebih banyak selama tiga bulan menjalani WFH.
Sri mengatakan, beban tersebut dirasakan karena semua rapat untuk membahas pandemi terus dilakukan secara virtual tanpa henti. Anggapan banyak orang bahwa meeting secara teleconference lebih 'ringan' tidak berlaku untuknya. "Kalau di Kemenkeu, kita harus menyiapkan bahan mengingat yang kita bicarakan pasti ada konsekuensi ke keuangan negara," ujarnya.
Meski lebih berat, Sri menganggap, WFH lebih efektif dibandingkan cara kerja biasa. Ia tidak perlu stres menghadapi situasi jalanan yang kerap macet.
Dalam survei yang sama, sebanyak 31 persen menilai, kerja dari rumah justru membuat jam kerja menjadi lebih sedikit. Sri menyebutkan, mereka yang masuk dalam kategori ini patut dilihat lagi. Apakah mereka memang tidak bisa bekerja dari rumah atau memiliki tugas yang mungkin tidak dapat dilakukan di rumah.