Daya Jelajah Tesla Model S Ditingkatkan
Tesla Model S Long Range Plus menyajikan daya jelajah hingga 640 kilometer.
REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK--Salah satu tantangan yang dihadapi Tesla dalam mengembangkan mobil listrik adalah soal daya jelajah. Karena, ini berkaitan dengan frekuensi pengisian ulang daya baterai. Tesla pun terus berupaya untuk meningkatkan daya jelajah yang dihadirkan dalam produknya.
Dilansir dari Car and Driver pada Sabtu (20/6), upaya itu pun berhasil diwujdukan lewat Tesla Model S terbaru. Kini, pabrikan Amerika itu pun telah menghadirkan Model S Long Range Plus yang menyajikan daya jelajah hingga 640 kilometer.
Salah satu kunci utama dalam pengembangan ini adalah lewat aksi redesain dan pemangkasan bobot kendaraan. Pemangkasan bobot itu dilakukan lewat penggantian material pada baterai, driver unit dan roda. Selain itu, Tesla Model S juga hadir dengan teknologi regenerative braking yang diperbarui.
Sistem pelumasan pada motor dan transmisi pun didesain ulang agar dapat meminimalisir friksi. Tadinya, sistem pelumasan didukung oleh pompa mekanis, kini, Tesla Model S 2020 telah menggunakan pompa oli eletrik.
Pada sektor kaki-kaki, Tesla melakukan upaya untuk menekan rolling resistance dan aerodynamic drag. Sehingga, roda pada Tesla Model S dapat berputar dengan lebih baik dan tidak terlalu memberikan beban terhadap powertrain.
Teknologi regenerative braking yang diperbarui pun membuat pengisian ulang baterai dari energi perputaran roda dapat dilakukan pada putaran yang lebih rendah. Sehingga, hal ini mampu menambah kesempatan pengisian ulang daya baterai.
Selain mengembangkan Tesla Model S, pabrikan itu pun tengah mencoba menekan harga setiap produk dengan menciptakan baterai dengan biaya rendah. Hal ini diyakini mampu memangkas harga dengan signifikan. Mengingat, baterai adalah salah satu komponen paling mahal dalam sebuah EV.
Untuk menghadirkan hal ini, Tesla pun menggandeng produsen baterai dari Cina bernama Contemporary Amperex Technology Ltd (CATL). Lewat kerja sama ini, kedua perusahaan mengembangkan baterai dengan kandungan kobalt seminimal mungkin.
Inovasi itu dilakukan karena selama ini kobalt jadi elemen pendukung baterai dengan harga yang paling tinggi. Sebagai langkah awal, baterai murah ini pun akan segera diterapkan untuk produk Tesla Model 3.
Baterai itu sendiri merupakan baterai lithium-iron-phosphate yang sama sekali tak menggunakan kobalt. Eleman yang lebih murah itu pun dikemas dalam format cell-to-pack sehingga baterai jadi lebih ringan dan murah. Dengan perpaduan inovasi itu, maka diharapkan nantinya produk Tesla dapat hadir dengan harga yang kompetitif dibandingkan harga mobil konvesional.