PSBB Direlaksasi, Angka Reproduksi Covid-19 Riau Naik

Angka R0 Covid-19 di Riau naik dari di bawah 1 menjadi 2,8.

ANTARA/FB Anggoro
Seorang bocah mengenakan masker saat menaiki kapal kayu Jelatik di Pelabuhan Sungai Duku, Kota Pekanbaru, Riau, Kamis (11/6). (ilustrasi)
Red: Andri Saubani

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Juru Bicara Tim Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Riau Indra Yopi mengatakan, tingginya kasus Covid-19 di provinsi tersebut sejak beberapa waktu terakhir mengakibatkan reproduction number (R0) atau angka reproduksi meningkat dari di bawah satu menjadi 2,8. Meningkatnya kasus di Riau diduga akibat relaksasi Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).

"Bahkan di Kota Pekanbaru naik menjadi 4,2. Padahal dalam dua pekan setelah Lebaran angka reproduksi selalu di bawah satu," kata dia saat konferensi video yang dipantau di Jakarta, Selasa (23/6).

Dari hasil evaluasi yang dilakukan pemerintah setempat, meningkatnya kasus tersebut diakibatkan adanya kebijakan relaksasi PSBB. Sehingga, orang bisa berpergian hanya dengan bermodalkan tes cepat."Imported case semua," kata dia.

Angka reproduksi tersebut mengalami lonjakan signifikan seiring bertambahnya jumlah kasus baru yang mencapai 24 orang dalam satu hari. Biasanya, peningkatan kasus maksimal di Riau hanya delapan orang. Namun, pada Senin (22/6) ada peningkatan hingga 24 kasus yang tidak pernah terjadi sebelumnya."Bahkan hari ini meningkat jauh lebih banyak dari kemarin," katanya.

Kondisi tersebut diakui oleh dr Indra membuat pemerintah setempat dan masyarakat menjadi risau sehingga dilakukan pendekatan ekstra cepat. Sejak 10 hari terakhir, ujar dia, peningkatan kapasitas laboratorium biologi molekuler yang memeriksa PCR di Provinsi Riau sampai 700 sampel per hari.

Jumlah pemeriksaan maksimal yang pernah dilakukan sebelumnya hanya 580 sampel per hari. Dengan adanya peningkatan tersebut, pemerintah setempat tidak lagi fokus pada tes cepat melainkan pada PCR.

Ia mengatakan, strategi yang dilakukan Provinsi Riau lebih intensif dan pendekatan PCR sehingga bisa memastikan hasil pemeriksaan lebih baik. Sebab, pemeriksaan tes cepat atau rapid test yang dilakukan sebelumnya, angka negatif palsunya cukup tinggi."Ketika di-rapid test hasilnya negatif, namun setelah pemeriksaan PCR dia positif," ujarnya.

Baca Juga









sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler