WHO: Kasus Virus Corona Melonjak di Negara Besar Bersamaan

Tingkat peningkatan kasus corona yang mengkhawatirkan terjadi di Amerika Latin.

EPA-EFE
Petugas pemakaman Vila Formosa saat menggali kuburan lama untuk membuka ruang baru bagi mereka yang telah meninggal karena virus Corona di Sao Paulo, Brasil, Senin (15/6). Brasil merupakan negara kedua di dunia setelah Amerika Serikat yang memiliki tingkat kematian dan kasus akibat virus Corona dan beberapa spesialis menganggap bahwa Negara itu sudah menjadi pusat pandemi baru
Rep: Rizky Jaramaya/Fergi Nadira Red: Nur Aini

REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan, kasus virus corona melonjak di beberapa negara besar secara bersamaan. Selain itu, tingkat peningkatan yang mengkhawatirkan telah terjadi di Amerika Latin, terutama Brasil.

Baca Juga


"Tentu saja jumlahnya meningkat karena epidemi berkembang di sejumlah negara pada saat yang sama dan di seluruh dunia," ujar Kepala Kedaruratan WHO, Mike Ryan.

Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan, dalam satu hari dunia mencatat lebih dari 183 ribu kasus virus corona pada Ahad. Angka itu adalah angka terbesar dalam satu hari sejak wabah dimulai pada bulan Desember.

Pada Senin, jumlah kasus infeksi virus corona secara global melampaui 9 juta. Sejumlah negara yang terkena dampak parah seperti China, Korea Selatan, dan Amerika Serikat melaporkan kasus baru bahkan mulai menghadapi gelombang kedua. Ryan mengatakan, peningkatan kasus kemungkinan disebabkan oleh uji virus corona yang ditingkatkan di sejumlah negara.

"Beberapa peningkatan itu mungkin disebabkan oleh peningkatan pengujian, dan tentu saja negara-negara seperti India menguji lebih banyak. Tetapi kami tidak percaya bahwa ini adalah fenomena pengujian," ujar Ryan.

Ryan mengatakan, lonjakan kasus Covid-19 terjadi di Chile, Argentina, Kolombia, Panama, Bolivia, Guatemala, dan Brasil. Sementara, Amerika Serikat mencatat rekor 54.000 kasus dalam 24 jam. Menurut Ryan, lonjakan kasus di Brasil kemungkinan terjadi akibat perubahan dalam sistem pelaporan.

“Masih ada tes yang relatif rendah per populasi, dan tingkat kepositifan untuk pengujian secara keseluruhan masih cukup tinggi. Dari perspektif itu, kita akan mengatakan bahwa tren ini tidak mencerminkan pengujian menyeluruh, tetapi mungkin kurang memperkirakan jumlah kasus yang sebenarnya," kata Ryan.

Ryan mengatakan, ada peningkatan besar dalam beberapa kasus di sejumlah negara bagian Amerika Serikat. Menurut Ryan, virus corona tidak hanya menyebabkan kematian bagi penduduk dengan usia rentan yakni manula. Dalam beberapa laporan, virus tersebut juga telah menyerang penduduk usia muda yang lebih banyak bergerak bebas ketika kebijakan lockdown dilonggarkan.

"Yang jelas, kenaikan itu tidak sepenuhnya dijelaskan hanya dengan peningkatan pengujian," ujar Ryan.

WHO khawatir dengan Jerman yang memiliki tingkat reproduksi virus mencapai 2,88 pada Ahad lalu. Jumlah tersebut berada di atas tingkat maksimum satu transmisi per orang. Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan, kurangnya kepemimpinan global dan persatuan dalam memerangi virus merupakan ancaman yang lebih besar daripada pandemi itu sendiri. Selain itu, politisasi telah membuat pandemi semakin buruk. 

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler