Gangguan Indra Perasa dan Penciuman Jadi Indikator Covid-19?

Gejala hilangnya fungsi indra perasa dan penciuman muncul pada pasien Covid-19.

ANTARA/Yulius Satria Wijaya
Tes swab Covid-19. Peneliti menyebut terkait kehilangan mengecap rasa dan bau mestinya lebih menonjol dalam proses skrining Covid-19.
Rep: Arif Satrio Nugroho Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah studi menemukan bahwa lebih dari setengah pasien Covid-19 melaporkan penurunan fungsi indra perasa saat mereka sakit. Sekitar 41,7 persen lainnya merasa penurunan fungsi penciuman, sementara 40 persen mengalami kehilangan kemampuan mengecap maupun mencium bau.

Gangguan berupa hidung tersumbat hanya sekitar 7,8 persen. Sementara para ilmuwan telah mengonfirmasi bahwa kehilangan kemampuan mengecap dan mencium aroma adalah salah satu gejala utama Covid-19. Diterbitkan di JAMA Network, para peneliti dari Humanitas Clinical and Research Center di Milan, Italia, menganalisis 204 pasien yang didiagnosis dengan virus corona.

Baca Juga


Sekitar 55,4 persen melaporkan penurunan indra perasa, sementara 41,7 persen memiliki indra penciuman yang berkurang. Kasus ini lebih banyak terjadi pada wanita sebanyak, 40,2 persen melaporkan pengurangan kedua indra. Namun, hanya 7,8 persen dari kasus melaporkan hidung tersumbat atau pilek, suatu gejala yang tidak biasa dari Covid-19.

Gejala-gejala ini lebih sering terjadi daripada semua gejala utama lainnya, kecuali batuk. Mereka juga menemukan bahwa kehilangan kemampuan mencium bau dan mengenali rasa di lidah lebih lazim pada wanita.

Pasien Covid-19 dengan kasus yang parah dari gejala ini lebih muda daripada mereka yang tidak memiliki atau gejala ringan. Namun, tidak ada hubungan yang ditemukan antara merokok dan hilangnya fungsi indera ini.

Bersamaan dengan frekuensinya, para peneliti juga mencatat bahwa gejala yang berkaitan dengan indra perasa dan penciuman muncul antara empat dan tujuh hari sebelum diagnosis. Penelitian ini memilki keterbatasan, termasuk kurangnya kelompok kontrol tanpa gejala virus dan bahwa data bergantung pada pelaporan diri dan bukan pemeriksaan fisik oleh petugas kesehatan.

Sama seperti para peneliti dari King's College London dalam surat pada awal Juni, penelitian ini menyimpulkan bahwa gejala terkait kehilangan mengecap rasa dan bau mestinya lebih menonjol dalam proses skrining untuk virus corona. Diikutip dari laman Health 24, peneliti menyarankan dokter umum untuk mencari gejala-gejala ini dan merekomendasikan karantina dengan segera setelah terdeteksi, sebelum tes dapat dilakukan.

Ada juga risiko bahwa beberapa pasien indra penciumannya mungkin tidak pernah pulih setelah sembuh dari serangan virus. Beberapa ahli juga menyarankan bahwa tes "mencium" dapat digunakan di ruang publik untuk menemukan kasus yang tidak terduga dan membantu mengurangi penyebaran.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler