Prancis Gelar Pemilihan Daerah yang Sempat Tertunda

Pemilihan wali kota dan dewan di Prancis dilakukan dengan protokol kesehatan.

AP Photo/Bob Edme
Prancis menggelar putaran kedua pemilihan daerah setara kota dan kabupaten yang sempat tertunda karena pandemi virus corona.
Rep: Lintar Satria Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Prancis menggelar putaran kedua pemilihan daerah setara kota dan kabupaten yang sempat tertunda karena pandemi virus corona. Pemilihan untuk mengisi jabatan di Paris dan ribuan kota lainnya ditangguhkan setelah putaran pertama 15 Maret lalu.

Baca Juga


Pada Ahad (28/6) pemilih akan memilih wali kota dan dewan daerah di tempat pemungutan suara (TPS) yang beroperasi dengan standar kebersihan yang tinggi. Pemilih wajib mengenakan masker, mencuci tangan dengan sabun dan sanitizer serta menjaga jarak satu meter satu sama lain. 

Panitia juga meminta pemilih membawa pulpen masing-masing. Dalam beberapa pekan terakhir angka kasus penularan virus corona di Prancis mulai menurun. Hampir seluruh larangan yang diterapkan selama karantina nasional perlahan-lahan dicabut.

Sejauh ini Kota Mode telah mengkonfirmasi hampir 200 ribu kasus infeksi dan 29.781 kasus kematian terkait virus corona. Tapi diperkirakan seperti bulan Maret lalu, pandemi tetap memukul angka partisipasi pemilih.

Walaupun tampaknya pemilihan daerah fokus pada isu-isu lokal tapi juga menjadi indikator untuk pemilihan presiden tahun 2022 mendatang.

Medan pertempuran terbesar tidak lain di ibukota Paris. Wali Kota Paris yang akan mengawasi jalannya Olimpiade 2024 memiliki pengaruh yang besar dalam perpolitikan Prancis.

Wali Kota Paris saat ini Annie Hidalgo yang berasal dari Partai Sosialis unggul dari penantang terkuat dari sayap konservatif Rachida Dati pada putaran pertama. Pemerintahan sayap moderat Presiden Emmanuel Macron untuk pertama kalinya memperebutkan kursi dewan kota.

Partai Macron yakni Republic on the Move tidak memiliki akar yang kuat di seluruh Prancis. Mereka tidak memiliki kandidat di setiap pemilihan dan kerap mendukung kandidat dari sayap kiri maupun kanan.

Pemerintah Macron dihujani kritikan selama pandemi karena Prancis kekurangan stok masker, kapasitas pemeriksaan dan peralatan medis. Diperkirakan akan ada reshuffle usai pemilihan akhir pekan ini.

Jajak pendapat terbaru menunjukkan angka popularitas Macron naik sekitar 40 persen. Sedikit lebih tinggi dibandingkan sebelum pandemi virus corona.

sumber : AP
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler