Milad ke-22, Rumah Zakat Ingin Semakin Membawa Manfaat
Rumah Zakat ingin menjadi institusi lembaga sosial profesional berstandar global.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tepat 2 Juli 2020, lembaga kemanusiaan dan Amil Zakat (LAZ) Rumah Zakat memasuki usia 22 tahun. Di hari jadinya ini, CEO Rumah Zakat, Nur Efendi, menyebut harapannya agar organisasi tersebut semakin membawa manfaat bagi banyak pihak.
"Alhamdulilah di usia 22 tahun ini sudah banyak yang kita berikan untuk Indonesia. Pertama, kami telah menghadirkan 35,5juta penerima manfaat," ujar Nur Efendi saat dihubungi Republika.co.id, Kamis (2/7).
Puluhan juta penerima manfaat ini disebut tersebar di 1686 desa berdaya milik Rumah Zakat. Sebanyak 19 sekolah juara, sembilan rumah sakit dan klinik juga telah dibangun lembaga filantropi ini.
Efendi menyebut ia dipercaya untuk mengelola zakat, infak dan sedekah (ZIS) lebih dari 300 ribu muzakki di Indonesia. Rumah Zakat telah melakukan sertifikasi ISO bahkan meliputi distribusi ketepatan zakat dan customer relationship management for donors.
Selama berdiri, Rumah Zakat juga 14 kali mendapatkan opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) untuk laporan keuangan. Raihan ini disebut merupakan bagian dari kepercayaan dan tanggung jawab terhadap publik.
"Kami ada di 30 jaringan, 30 negara. Kita juga mendapatkan status konsultatif dari Economic and Social Council (ECOSOC), badan milik Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)," ujar Efendi.
Tak ketinggalan, 35 apresiasi publik dan masyarakat diraih Rumah Zakat selama tahun 2019. Di tahun yang sama, dari program-program pemberdayaan yang kemudian diintervensi secara ekonomi, ada 41 persen yang sudah sejahtera atau mengalami kenaikan penghasilan dan 21 persen masyarakat yang didampingi keluar dari garis kemiskinan, dari mustahik menjadi muzakki.
Mengenai kendala yang dihadapi selama ini, Efendi menyebut selalu ada dan berganti tiap masa. Untuk saat ini, di tengah pandemi Covid-19, lembaga filantropi ini berusaha terus memberikan keyakinan pada tim, agar bisa keluar dari krisis ini.
Dorongan dari internal dilakukan sembari menguatkan pola pikir bertahan (survival) dan memenangkan kondisi ini. Efendi menyadari kehadiran Rumah Zakat diharapkan oleh masyarakat yang terdampak.
"Untuk kendala tidak terlalu dirasakan karena alhamdulillah banyak yang membantu, banyak yang mengajak untuk kolaborasi. Jadi kendala yang ada tidak ada artinya," kata dia.
Untuk target ke depan, Efendi menyebut di awal 2020 sudah mencanangkan transformasi dari institusi kewirausahaan (entrepreneurial institution) menjadi World Digital Model Philantrophy Institution.
Rumah Zakat ingin menjadi institusi lembaga sosial yang profesional berstandar global, dan dengan digitalisasi yang ada mampu memberikan manfat lebih luas, tidak hanya di Indonesia tapi juga dunia. Sementara untuk target 2020, Rumah Zakat ingin penerima manfaat mencapai 2,5 juta, 1.800 desa berdaya, dan 40 persen masyarakat yang didampingi bisa keluar dari garis kemiskinan.