Afrika Didesak Agresif Tes Virus Corona
Kasus virus corona di Afrika naik 24 persen dalam sepekan
REPUBLIKA.CO.ID, NAIROBI -- Negara-negara Afrika dinilai perlu meningkatkan pengujian virus corona dan penggunaan masker. Hal itu karena, pandemi virus corona yang dikonfirmasi di benua Afrika telah mencapai lebih dari 500.000.
Kepala Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Afrika, John Nkengasong mengatakan, jumlah kasus baru virus corona di Afrika naik 24 persen dalam sepekan terakhir. Oleh karena itu, Afrika perlu mengadopsi pendekatan yang agresif.
"Pandemi ini telah mendapatkan momentum penuh, kita harus mengadopsi pendekatan yang agresif dan berani dengan Test, Trace, dan Treat, termasuk memperkuat respon masyarakat. Ini akan menyelamatkan nyawa dan perekonomian," ujar Nkengasong.
Berdasarkan data pemerintah pada Kamis (9/7), Afrika mencatat kasus virus corona yang dikonfirmasi sebanyak 512.039, dengan 11.915 kematian. Nkengasong mengatakan, lima negara Afrika yang menyumbang 71 persen kasus secara keseluruhan adalah Mesir, Nigeria, Afrika Selatan, Ghana, dan Aljazair.
Lonjakan kasus virus corona disebabkan oleh kurangnya pelaporan data, dan pemerintah yang enggan mengakui atau memaparkan bahwa mereka memiliki sistem kesehatan yang tidak memadai. Selain itu, negara miskin dan negara konflik juga menyumbang kenaikan kasus virus corona.
Di sisi lain, pelonggaran lockdown mulai diberlakukan di sejumlah negara Afrika untuk memulihkan kembali perekonomian. Pemerintah menyadari, pelonggaran lockdown yang terlalu cepat dapat menyebabkan lonjakan kasus baru.