Ekspor Kayu Olahan Indonesia Turun Lima Persen
Pandemi Covid-19 memberikan tekanan terhadap kinerja sektor usaha kehutanan
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia (APHI) mengatakan ekspor kayu olahan Indonesia turun akibat terdampak pandemi Covid-19 yang terjadi sejak beberapa bulan terakhir. APHI mencatat penurunan ekspor kayu olahan ini sebesar lima persen.
"Pandemi Covid-19 memberikan tekanan terhadap kinerja sektor usaha kehutanan," kata Ketua Umum APHI Indroyono Soesilo saat diskusi daring tentang "rakyat dalam pemulihan ekonomi nasional sektor kehutanan" yang di pantau di Jakarta, Rabu (15/7).
Di tengah kemerosotan ekspor tersebut, APHI diminta oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) agar pekerja tidak terdampak pemutusan hubungan kerja (PHK). "Tugas kami mempertahankan serapan tenaga kerja hulu dan hilir di sektor kehutanan sebanyak 1,5 juta orang agar tidak di PHK," katanya.
Ia mengatakan adanya sejumlah kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah terkait ekspor di sektor kehutanan akan dimanfaatkan sebaik mungkin oleh APHI. Selain itu, APHI juga melihat adanya peluang dari ketegangan Amerika Serikat dan China yang seharusnya dapat dimanfaatkan oleh Indonesia.
"Mudah-mudahan ini peluang karena banyak perusahaan yang sedang berdomisili di China ingin keluar dari negara tersebut," kata dia.
Apabila perusahaan-perusahaan tersebut keluar dari China maka seharusnya Indonesia bisa menampung. Apalagi, pajak ekspor Indonesia hanya 10 persen lebih rendah jika dibandingkan China yaitu 25 persen.
Terakhir negara utama yang menjadi tujuan ekspor kayu olahan Indonesia yaitu China, Jepang, Amerika Serikat, Uni Eropa dan Korea Selatan.