Linkin Park tak Sudi Musiknya Dipakai Trump untuk Kampanye
Retweet oleh Trump itu dihapus setelah Linkin Park melaporkan pelanggaran hak cipta.
REPUBLIKA.CO.ID, LOS ANGELES -- Twitter telah menghapus video bergaya kampanye yang dibagikan ulang (retweet) oleh Presiden Donald Trump pada Sabtu. Video itu dihapus setelah grup rock Linkin Park melaporkan pelanggaran hak cipta.
Video yang menampilkan sampul band hit tahun 2001 In the End diunggah oleh direktur media sosial Gedung Putih Dan Scavino yang kemudian di-retweet oleh Trump.
"Media ini telah dinonaktifkan sebagai tanggapan terhadap laporan oleh pemilik hak cipta," demikian pernyataan Twitter untuk unggah ulang Trump.
Linkin Park mengatakan mereka tidak mengizinkan penggunaan musiknya untuk kampanye presiden pejawat Amerika Serikat (AS).
“Linkin Park tidak mendukung Trump, juga tidak mengizinkan organisasinya untuk menggunakan musik kami. Kami telah melaporkan itu dan mendesak Twitter menghapus unggahan," kata grup rock itu di Twitter seperti dilansir Malay Mail, Senin (20/7).
Pada tahun 2017 lalu, mendiang vokalis utama Linkin Park, Chester Bennington pernah menyatakan ketidaksetujuannya terhadap Trump.
“Trump adalah ancaman yang lebih besar daripada terorisme!! Kami harus mengambil kembali suara kami dan membela apa yang kami yakini," tulis Bennington kala itu.
Linkin Park bukan band pertama yang mempermasalahkan penggunaan musik mereka oleh Trump. Bulan lalu, The Rolling Stones mengancam akan melakukan tindakan hukum terhadap Trump jika dia tidak berhenti menggunakan lagu-lagu mereka dalam kampanyenya.
Queen, Rihanna, Aerosmith, Adele, Neil Young, Dexys Midnight Runner, Panic! at The Disco, dan keluarga mendiang Tom Petty juga mengeluhkan penggunaan musik mereka oleh Trump.