Inovasi UMM Tingkatkan Harga Jual Biji Kopi
Inovasi dilakukan guna meningkatkan harga jual biji kopi di tingkat petani.
REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Tim pengabdian Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) merasakan keresahan mengenai harga biji kopi (green bean) yang fluktuatif. Kondisi ini semakin diperparah dengan adanya pandemi Covid-19.
Tim yang terdiri atas Novi Puji Lestari, Fika Fitriasari, Mochamad Rofik dan Wofi Toyibatul Chusnah merasa terpanggil untuk melakukan sebuah inovasi. Hal ini dilakukan guna meningkatkan harga jual biji kopi di tingkat petani. "Khususnya di Desa Argotirto, Kecamatan Sumbermanjing Wetan, Kabupaten Malang," kata perwakilan tim, Mochamad Rofik.
Desa Argotirto merupakan salah satu penghasil komoditas kopi robusta terbesar di Malang Selatan. Program pengabdian yang didanai oleh Direktorat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (DPPM) UMM memulai upaya peningkatan harga jual biji kopi dengan melakukan edukasi.
Menurut Rofik, timnya telah melihat kopi jenis robusta Argotirto memiliki karakteristik unik dan berbeda dengan lainnya. Namun rasa tersebut belum benar-benar tereksplorasi karena proses pemilahan dan sangrainya kurang tepat. "Oleh sebab itu, kami memulai dari edukasi sorting process,” jelas Rofik dalam keterangan pers yang diterima Republika.co.id.
Selain itu, Rofik juga mengungkapkan, proyek pengabdian ini bekerja sama dengan roaster berpengalaman. Kerja sama ini bertujuan untuk semakin menguatkan cita rasa Kopi Argotirto. Untuk itu, pihaknya mengirimkan biji kopi pilihan setelah proses sortir kepada roaster.
Anggota tim, Novi Puji Lestari mengungkapkan kualitas cita rasa, merek dan pengemasan merupakan faktor penting dalam keberhasilan pemasaran. Berdasarkan saran para pakar dalam forum diskusi, tim akhirnya mengembangkan kopi dengan merek Argotirto dan Aksara.
Pada prinsipnya, kata dia, kandungan Argotirto dan Aksara sama. Namun Argotirto memiliki kandungan peaberry sebanyak 10 sampai 12 persen. "Berdasarkan beberapa referensi memiliki kafein yang lebih tinggi,” ungkap dosen Manajemen Keuangan tersebut.
Tim pengabdi lainnya, Fika Fitriasari yang juga dosen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMM dan Wofi yang tercatat masih aktif sebagai mahasiswi Kesejahteraan Sosial FISIP UMM. Keduanya bertanggung jawab untuk mengembangkan jejaring pemasaran. Saat ini, kata Wofi, pihaknya sudah memiliki beberapa agen, reseller dan dropshipper serta beberapa minimarket lokal.
"Proses pengembangan jejaring pemasaran juga terus dilakukan untuk meningkatkan omset," kata mahasiswi kelahiran Tulungagung tersebut.