Tanpa Vaksin Covid-19, Opsi Terbaik adalah Pencegahan

Covid-19 tak bisa diobati selama vaksin belum ditemukan.

EPA-EFE/WILL OLIVER
Oxford Street, London Pusat, Inggris, 24 Juli 2020. Penutup wajah atau masker telah menjadi wajib bagi masyarakat Inggris ketika masuk supermarket dan bank serta saat menggunakan transportasi umum.
Rep: Adysha Citra Ramadani Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ahli kardiologi anak Vijayalakshmi I Balekundri mengungkapkan bahwa infeksi virus corona tak bisa diobati selama vaksin belum ditemukan. Oleh karena itu, cara terbaik yang ada saat ini adalah melakukan pencegahan dengan menggunakan masker, cuci tangan, dan menjaga jarak fisik.

Balekundri mengatakan, virus corona bukanlah organisme hidup seperti bakteri atau jamur. Virus corona merupakan virus RNA besar yang tak hidup, terbungkus kapsul, dan beruntai positif.

"Seperti virus lainnya, virus corona baru (SARS-CoV-2) mencoba untuk menggali masuk ke dalam sel dan mengubahnya menjadi pabrik replikasi virus," tutur Balekundri, seperti dilansir Times Now News.

Bila berhasil, SARS-CoV-2 dapat menyebabkan infeksi di berbagai lokasi. Misalnya, infeksi di tenggorokan, sistem pernapasan, jantung, otak, pembuluh darah, atau di 100 triliun sel-sel lain yang ada di tubuh manusia. Saat ini, dunia sedang berupaya menciptakan vaksin untuk virus tersebut.

Selama menunggu vaksin datang, upaya terbaik adalah melakukan pencegahan melalui penggunaan masker, cuci tangan, jaga jarak, menjaga kebersihan toilet, dan menghindari berpergian yang tak perlu. Mengingat ada potensi transmisi airborne, droplet yang dikeluarkan orang terinfeksi bisa bertahan lebih lama di udara.

"Oleh karena itu, penggunaan masker wajib untuk setiap orang," ujar Balekundri.

Kebersihan toilet juga penting dijaga karena virus yang keluar dari saluran pencernaan dapat mengontaminasi toilet. Balekundri mengatakan, feses atau kentut dari orang terinfeksi bisa mengandung miliaran virus corona.

Baca Juga


Tiga gejala baru Covid-19 menurut CDC AS. - (Republika)

Gejala yang mungkin timbul akibat infeksi virus corona cukup beragam. Beberapa gejala yang umum adalah demam serta batuk kering. Bila virus berhasil masuk lebih dalam ke paru atau perut, beberapa gejala yang mungkin timbul adalah pneumonia dan nyeri perut.

"Ketika virus menyebar dari paru-paru ke jantung, otak, ginjal, dan semua pembuluh darah di hari ke-14, dia dapat menyebabkan kegagalan multiorgan dan kemudian kematian," ungkap Balekundri.

Dalam hal pencegahan, karantina juga dapat membantu menekan risiko penyebaran infeksi virus corona yang lebih luas. Sebagai contoh, karantina mandiri di rumah selama 14 hari untuk orang-orang yang pulang dari zona merah bila mereka tak menunjukkan gejala.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler