Alasan Mengapa Ulama Saleh Justru Takut Ketika Hendak Sholat

Para ulama saleh dulu justru takut ketika hendak menunaikan sholat.

Reuters
Para ulama saleh dulu justru takut ketika hendak menunaikan sholat. Bersujud (ilustrasi).
Rep: Ali Yusuf Red: Nashih Nashrullah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Sholat merupakan ibadah yang menghubungkan langsung seorang hamba dengan Allah SWT sebagai penciptanya. Maka sebagian orang-orang di kalangan saleh akan merasa takut ketika hendak melakukan sholat.

Baca Juga


Seperti dikisahkan dalam kitab Fadhail Al-A’mal, karangan Syekh Maulana Muhammad Zakariyya Al-Kandahlawi. Para kaum saleh masa lalu saling bertanya tentang sholatnya. Ini sebagaimana dilakukan  Syekh Isham yang bertanya kepada Syekh Hatim Zahid Balkhi. 

Syekh Isham bertanya, "Bagaimana engkau melakukan sholat?"

Syekh Hatim menjawab, "Pertama-tama aku menyempurnakan wudhu dengan penuh kehati-hatian, lalu setelah sampai di tempat sholat, aku akan berdiri dengan penuh tuma’ninah, seolah-olah Ka'bah berada di depanku, shirath (jembatan) di bawah kakiku. Surga di sebelah kananku dan neraka di sebelah kiriku, seolah-olah malaikat pencabut nyawa berada di atas kepala ku dan aku merasa inilah sholatku yang terakhir. 

Mungkin tidak ada lagi sholat begitu setelah ini, setelah serta aku meyakini Allah SWT mengetahui keadaan hatiku. Kemudian dengan penuh kerendahan aku mengucapkan takbir dan membaca ayat-ayat al-quran dengan menghayati maknanya. Dengan penuh tawadhu aku ruku, dan dengan penuh perasaan hina aku sujud kemudian dengan penuh kehati-hatian aku selesaikan sholatku. 

Selanjutnya dengan penuh harap aku memohon semoga Allah SWT dengan rahmatnya agar menerima sholatku. Dan dengan rasa takut serta khawatir jangan-jangan Allah menolak semua amalku.”  

Mendengar cerita Syekh Hatim Zahid, Syekh Ishom bertanya. "Sudah berapa lama engkau sholat seperti itu? " 

Syekh Hati menjawab, "Sudah 30 tahun." 

Mendengar hal itu Syekh Ishom menangis dan berkata, "Satu kali pun aku belum pernah sholat seperti itu.” 

Diceritakan bahwa Syekh Hatim pernah tinggal satu kali sholat berjamaah. Ia begitu bersedih,  maka satu dua orang kawannya mengunjunginya. 

Ia menangis dan berkata, "Jika salah seorang anakku meninggal dunia, maka separuh penduduk kota Balkh ini akan bertakziah kepadaku (menurut riwayat, ketika anaknya meninggal dunia 1.000 orang lebih bertakziah kepadanya) tetapi jika aku tinggal sholat berjamaah, hanya satu dua orang yang menjenguk. Demikian pandangan manusia, musibah agama itu lebih ringan daripada musibah dunia." 

 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler