Kenali Enam 'Tipe' Covid-19 Berdasarkan Keparahan Gejalanya

Peneliti mengelompokkan enam tipe Covid-19 berdasarkan tingkat keparahan gejalanya.

AP
Para pekerja medis mengenakan alat pelindung membawa tandu seorang pasien yang dicurigai terinfeksi virus corona di sebuah rumah sakit di Kommunarka, Moskow, Rusia, Rabu (29/4). Pasien Covid-19 dapat diidentifikasi berdasarkan kumpulan gejala yang dirasakannya.
Rep: Adysha Citra Ramadani Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peneliti asal Inggris berhasil menemukan enam "tipe" Covid-19 yang dibedakan berdasarkan kelompok gejala tertentu. Temuan baru ini dinilai dapat membantu dalam pemberian terapi yang lebih baik dalam kasus Covid-19.

Studi yang dilakukan oleh tim peneliti dari King's College London menganalisis data dari sekitar 1.600 pasien Covid-19 Inggris dan Amerika Serikat. Para pasien ini secara rutin memasukkan data mengenai gejala-gejala yang mereka alami melalui sebuah aplikasi pemantau dalam periode Meret-April.

Mulanya, seluruh pasien melaporkan bahwa mereka mengalami kehilangan indra penciuman dan sakit kepala melalui aplikasi tersebut. Namun, setelah itu, para pasien mulai melaporkan kombinasi gejala yang berbeda, mulai dari kebingungan, nyeri perut, dan napas pendek.

Berdasarkan data yang terkumpul, tim peneliti menemukan adanya enam kelompok gejala berbeda yang muncul di hari kelima setelah infeksi SARS-CoV-2. Dengan mengidentifikasi perbedaan ini, dokter dapat memprediksi tingkat perawatan rumah sakit yang dibutuhkan pasien, sehingga pasien bisa mendapatkan terapi yang lebih baik.

"Studi kami menggambarkan pentingnya pemantauan gejala seiring berjalannya waktu untuk membuat prediksi mengenai risiko dan hasil pengobatan individual yang lebih mutakhir dan akurat," ungkap ketua tim peneliti dari King's College London Dr Carole Sudre, seperti dilansir Fox News.

Baca Juga


Tiga gejala baru Covid-19 menurut CDC AS. - (Republika)

Tim peneliti mengurutkan keenam tipe Covid-19 ini berdasarkan variasi dan tingkat keparahan gejalanya. Tipe pertama dan yang paling ringan adalah pasien dengan gejala seperti flu tanpa demam. Gejala yang muncul adalah sakit kepala, kehilangan indera penciuman, nyeri otot, batuk, nyeri tenggorokan, nyeri dada dan tanpa demam.

Tipe kedua adalah gejala seperti flu dengan demam. Pada kelompok ini, pasien mengalami gejala berupa sakit kepala, kehilangan indra penciuman, batuk, nyeri tenggorokan, suara serak, demam, dan hilang nafsu makan.

Tipe yang ketiga adalah gejala saluran pencernaan. Pasien pada kelompok ini mengalami gejala sakit kepala, kehilangan indra penciuman, kehilangan nafsu makan, diare, nyeri tenggorokan, nyeri dada, dan tidak ada batuk.

Tipe keempat adalah gejala berat tingkat satu, kelelahan. Pada kelomok ini, pasien mengalami gejala sakit kepala, kehilangan indera penciuman, batuk, demam, suara serak, nyeri dada, dan kelelahan.

Tipe kelima adalah gejala berat tingkat dua, kebingungan. Pasien pada kelompok ini mengalami gejala sakit kepala, kehilangan indra penciuman, kehilangan nafsu makan, batuk, demam, suara serak, nyeri tenggorokan, nyeri dada, kelelahan, kebingungan, dan nyeri otot.

Tipe keenam adalah gejala berat tingkat tiga, perut dan saluran pernapasan. Pada kelompok ini, pasien mengalami gejala berupa sakit kepala, kehilangan indera penciuman, kehilangan nafsu makan, batuk, demam, suara serak, nyeri tenggorokan, nyeri dada, kelelahan, kebingungan, nyeri otot, napas pendek, diare, dan nyeri perut.

Tipe pertama hingga ketiga lebih umum ditemukan pada pasien yang lebih muda dan sehat. Sedangkan tipe keempat sampai keenam atau tipe dengan gejala yang lebih berat cenderung ditemukan pada pasien yang lebih tua atau pasien yang memiliki komorbid seperti diabetes, penyakit paru, atau obesitas.

Hanya sekitar 1,5 persen pasien tipe pertama, 4,4 persen pasien tipe kedua dan 3,3 persen pasien tipe ketiga yang membutuhkan alat bantu pernapasan, seperti oksigen tambahan atau ventilator. Sekitar 8,6 pasien dari tipe keempat, 9,9 persen pasien dari tipe kelima, dan 19,8 persen pasien dari tipe keenam membutuhkan bantuan tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa pasien dalam kelompok tipe keempat hingga keenam cenderung lebih membutuhkan terapi bantuan pernapasan.

"Temuan ini memiliki implikasi penting bagi perawatan dan pemantauan orang-orang yang paling rentan terhadap Covid-19 bergejala berat," tambah Dr Claire Steves dari King's College London.

Bila dapat memprediksi tipe pasien di hari kelima, dokter akan memiliki cukup waktu untuk memberikan pasien bantuan dan intervensi lebih dini. Beberapa contohnya adalah pemantauan oksigen darah dan kadar gula darah.

"Dan memastikan mereka terhidrasi dengan baik, sebuah perawatan sederhana yang bisa diberikan di rumah, mencegah rawat inap dan menyelamatkan jiwa," ujar Steves.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler